- Home>
- DALIL TENTANG FITNAH
Posted by : life style
Friday, 9 March 2018
FITNAH
Pengertian
Fitnah
Dalam
bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan
suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh
tersebut tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut
memfitnah.. Fitnah merupakan sifat yang tercela, karena usaha seseorang untuk
mencemarkan nama baik orang lain, sehingga orang yang tidak mengerti persoalan
menganggap bahwa fitnah itu benar. Sehingga opini masyarakat akan negative
kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah tersebut. Fitnah itu lebih
kejam dari pembunuhan. Sebagaimana
firman Allah Swt: .وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ
وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ وَاقْتُلُوهُمْ
حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ ۚ
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ حَتَّىٰ يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ ۖ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ ۗ
كَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ .فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ .وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ
ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ Artinya :“Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu
lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.
Demikianlah Balasan bagi orang-orang kafir.Kemudian jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”(QS.
Al Baqarah : 190-193)
Nabi Muhammad SAW. bersabda’ ‘Dari Huzaifah r.a, ia berkata, Rasulallah saw.bersabda tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar fitnah.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadits lain Nabi bersabda : Artinya :"Sejahat jahat hamba Allah ialah orang yang berjalan ke sana ke mari menyebarkan fitnah yang memecah belah antara yang berkasih-kasihan, dan suka mencela yang baik-baik"(hadits) Dalam upaya mencegah perbuatan menyebarkan fitnah, lebih dulu perlu diketahui sumber fitnah itu sendiri. Fitnah itu dapat terjadi diantaranya karena hal-hal sebagai berikut : 1). Penyakit hati seperti syirik, angkuh, dengki, dan kikir. 2). Ucapan yang salah atau menyimpang dari yang sebenarnya. 3). Kebodohan, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. Yang artinya, ”Bahwa finah itu juga dapat timbul karena kebodohan merajalela, ilmu telah tercabut, dan banyak kekacuan serta pembunuhan.”(HR. Bukhari dan Muslim) Terhadap orang yang suka menyebar fitnah kita sebaiknya melakukan hal-hal berikut : 1. Jangan cepat-cepat percaya pada ucapan orang itu sebaiknya ucapan itu di cek kebenaranya (Al Hujurat 6) :
2. Memberi nasehat dengan bijaksana bahwa menyebar fitnah itu termasuk dosa besar dan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Fitnah itu termasuk dosa yang besar yang akan mendatangkan bencana, baik bagi yang memfitnah maupun yang difitnah. 3. Jangan menyiarkan berita (fitnah) yang telah kita terima dari orang lain. Karena kalau dilakukan berarti kita ikut melakukan fitnah yang dilarang olehAllah dan berdosa. 4. Jangan berprasangka buruk terhadap orang yang difitnah. Allah SWT berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12) Mengadu domba adalah menyebarkan sesuatu yang tidak disukai pihak lain atau menyampaikan berita-berita buruk kepada orang lain sehingga timbul kebencian dan dendam sehingga hubungan antar teman mnjadi retak atau putus akibat berita atau cerita yang belum tentu kebenarannya. Allah swt.berfirman ; Artinya : "Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah," (QS Al-Qalam ; 10 – 11) Hadits Nabi Muhammd saw. Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya suatu kali Rasuallah saw. Melewati dua kuburan, bersabda, “Penghuni dua kubur ini mendapatkan siksa karena dosa besar. Benar dosa itu besar. Yang seorang, dulu kesana kemari mengadu domba, sedangkan yang seorang lagi tidak membuat penutup ( tidak berhati-hati dari kencingnya).” (HR Bukhari Muslim) Oleh karena itu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran fitnah atau menangkal fitnah, setiap manusia, terutama muslim,. 1). Gemar untuk mengadakan aksi sosial (beramal saleh) secara terus-menerus. 2). Jangan kikir (pelit), artinya harus memiliki hati pemurah (dermawan) dengan merealisasikannya dengan memberi sedekah kepada fakir miskin, yatim piatu, dan lain-lain. 3). Memupuk silaturahmi atau membina persaudaraan. Ikut aktif melaksanakan amar makruf nahi munkar, yaitu mengjak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. 4). Amanah (terpercaya), artinya segala perkataan dan prbuatannya sangat dipercaya mengandung kebenran, tidak berbohong dan memegang teguh amanah yang dipercayakan kepadanya.
Nabi Muhammad SAW. bersabda’ ‘Dari Huzaifah r.a, ia berkata, Rasulallah saw.bersabda tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar fitnah.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadits lain Nabi bersabda : Artinya :"Sejahat jahat hamba Allah ialah orang yang berjalan ke sana ke mari menyebarkan fitnah yang memecah belah antara yang berkasih-kasihan, dan suka mencela yang baik-baik"(hadits) Dalam upaya mencegah perbuatan menyebarkan fitnah, lebih dulu perlu diketahui sumber fitnah itu sendiri. Fitnah itu dapat terjadi diantaranya karena hal-hal sebagai berikut : 1). Penyakit hati seperti syirik, angkuh, dengki, dan kikir. 2). Ucapan yang salah atau menyimpang dari yang sebenarnya. 3). Kebodohan, sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. Yang artinya, ”Bahwa finah itu juga dapat timbul karena kebodohan merajalela, ilmu telah tercabut, dan banyak kekacuan serta pembunuhan.”(HR. Bukhari dan Muslim) Terhadap orang yang suka menyebar fitnah kita sebaiknya melakukan hal-hal berikut : 1. Jangan cepat-cepat percaya pada ucapan orang itu sebaiknya ucapan itu di cek kebenaranya (Al Hujurat 6) :
2. Memberi nasehat dengan bijaksana bahwa menyebar fitnah itu termasuk dosa besar dan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Fitnah itu termasuk dosa yang besar yang akan mendatangkan bencana, baik bagi yang memfitnah maupun yang difitnah. 3. Jangan menyiarkan berita (fitnah) yang telah kita terima dari orang lain. Karena kalau dilakukan berarti kita ikut melakukan fitnah yang dilarang olehAllah dan berdosa. 4. Jangan berprasangka buruk terhadap orang yang difitnah. Allah SWT berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12) Mengadu domba adalah menyebarkan sesuatu yang tidak disukai pihak lain atau menyampaikan berita-berita buruk kepada orang lain sehingga timbul kebencian dan dendam sehingga hubungan antar teman mnjadi retak atau putus akibat berita atau cerita yang belum tentu kebenarannya. Allah swt.berfirman ; Artinya : "Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah," (QS Al-Qalam ; 10 – 11) Hadits Nabi Muhammd saw. Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya suatu kali Rasuallah saw. Melewati dua kuburan, bersabda, “Penghuni dua kubur ini mendapatkan siksa karena dosa besar. Benar dosa itu besar. Yang seorang, dulu kesana kemari mengadu domba, sedangkan yang seorang lagi tidak membuat penutup ( tidak berhati-hati dari kencingnya).” (HR Bukhari Muslim) Oleh karena itu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran fitnah atau menangkal fitnah, setiap manusia, terutama muslim,. 1). Gemar untuk mengadakan aksi sosial (beramal saleh) secara terus-menerus. 2). Jangan kikir (pelit), artinya harus memiliki hati pemurah (dermawan) dengan merealisasikannya dengan memberi sedekah kepada fakir miskin, yatim piatu, dan lain-lain. 3). Memupuk silaturahmi atau membina persaudaraan. Ikut aktif melaksanakan amar makruf nahi munkar, yaitu mengjak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. 4). Amanah (terpercaya), artinya segala perkataan dan prbuatannya sangat dipercaya mengandung kebenran, tidak berbohong dan memegang teguh amanah yang dipercayakan kepadanya.
Penyebab Sehingga Fitnah-Fitnah
fitnah juga memiliki beberapa penyebab sehingga fitnah-fitnah yang
besar dan banyak tersebut dapat muncul ke permukaan, diantaranya :
1. Perang Pemikiran
Munculnya perang pemikiran dewasa ini telah banyak dibahas diberbagai forum diskusi, terkait bentuk dan bahayanya. Adapun pencetusnya adalah dari golongan Yahudi dan Nasrani. Lihatlah bagaimana mereka yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia bisnis, hiburan dan mode dalam berbusana menyebarkan faham mereka dikalangan kaum muslimin sehingga merusak kehidupan kaum muslimin. Sejarah menunjukkan kerusakan yang muncul ditengah kaum muslimin di awali dari kerusakan pemikiran yang dipelopori oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Contohnya: Golongan Khawarij yang dibentuk oleh Abdullah bin Saba dari Yahudi, Qadariah yaitu pemikiran yang menolak takdir oleh Ma’bad bin Al-Juhany, Banu Fathimiyah yang telah banyak membunuh kaum muslimin yang ingin melaksanakan ibadah haji, dan Ahmadiyah yang dibekengi oleh Inggris. Kesemuanya tidak lepas dari campur tangan pihak Yahudi ataupun Nasrani.
Munculnya perang pemikiran dewasa ini telah banyak dibahas diberbagai forum diskusi, terkait bentuk dan bahayanya. Adapun pencetusnya adalah dari golongan Yahudi dan Nasrani. Lihatlah bagaimana mereka yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia bisnis, hiburan dan mode dalam berbusana menyebarkan faham mereka dikalangan kaum muslimin sehingga merusak kehidupan kaum muslimin. Sejarah menunjukkan kerusakan yang muncul ditengah kaum muslimin di awali dari kerusakan pemikiran yang dipelopori oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Contohnya: Golongan Khawarij yang dibentuk oleh Abdullah bin Saba dari Yahudi, Qadariah yaitu pemikiran yang menolak takdir oleh Ma’bad bin Al-Juhany, Banu Fathimiyah yang telah banyak membunuh kaum muslimin yang ingin melaksanakan ibadah haji, dan Ahmadiyah yang dibekengi oleh Inggris. Kesemuanya tidak lepas dari campur tangan pihak Yahudi ataupun Nasrani.
2. Sikap Kaum Muslimin yang
meremehkan Agama Mereka Sendiri
Salah satu tanda kiamat yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ialah dimuliakannya orang yang buruk sedangkan orang yang shaleh dihinakan. Lihatlah bagaimana era saat ini memutar balikkan keadaan orang. Jikalau ada seorang pendosa maka ia meimiliki banyak penggemar dan pendukung, orang-orang shaleh yang rajin beribadah, menutup aurat dan memanjangkan jenggot misalnya maka mereka dianggap sebagai teroris oleh banyak masyarakat.
Salah satu tanda kiamat yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ialah dimuliakannya orang yang buruk sedangkan orang yang shaleh dihinakan. Lihatlah bagaimana era saat ini memutar balikkan keadaan orang. Jikalau ada seorang pendosa maka ia meimiliki banyak penggemar dan pendukung, orang-orang shaleh yang rajin beribadah, menutup aurat dan memanjangkan jenggot misalnya maka mereka dianggap sebagai teroris oleh banyak masyarakat.
Faktor
Faktor lain yang menyumbang kepada
permasalahan ini ialah kewujudan pelbagai bentuk kemudahan dalam alam siber,
seperti e-mail, mesej yang dihantar secara berkelompok, papan buletin atau
berkomunikasi melalui forum. Jika ramai yang berkomunikasi melalui cara
ini, maka lebih banyak fitnah boleh disebarkan. Fitnah yang disebarkan
akan dilakukan secara serta-merta dan tersebar menjadi permasalahan sejagat. Contohnya,
parti-parti politik yang menggunakan internet dalam memperjuangkan
kesinambungan agenda politik mereka. Ada sesetengah daripada pemimpin
ataupun ahli parti-parti politik ini tidak kira yang menyokong kerajaan ataupun
dipihak pembangkang menggunakan berita dalam talian untuk menabur fitnah dan
hasutan bagi melemahkan pihak lawan mereka. Semua hasil-hasil penerbitan
haruslah tertakhluk kepada peruntukan undang-undang dan akta yang telah
ditetapkan oleh kerajaan, jika tidak, mana-mana hasil penerbitan yang
membangkitkan fitnah dan hasutan akan dikenakan tindakan
undang-undang ke atasnya. Selain itu, sesebuah organisasi akhbar adalah
diperlukan jika hendak menerbitkan akhbar tradisional untuk melakukan
penerbitan seterusnya menghadkan bahan berita yang telah ditapis isi
kandungannya.
Faktor lain adalah kurangnya
kesedaran mengenai akibat menyebarkan fitnah atau berbaur hasutan khususnya
kepada golongan yang tidak berfikir secara matang dan rasional serta kewarasan
akal untuk bertindak. Mereka haruslah menyedari bahawa dalam ajaran agama
ada menyebut tentang keburukan fitnah dan hasutan tidak kira apa jua agama
sekalipun contohnya dalam agama Islam, Kristian, Buddha, dan Hindu. Disebabkan
pengaruh separti ini maka tidak hairanlah generasi sekarang ini telah mengalami
kembali penjajahan dalam proses pemikiran mereka. Apa yang ditakutkan
adalah nilai-nilai murni daripada generasi akan datang kelak hilang atau telah
terkikis dengan pendedahan gejala fitnah melalui internet ini. Kita juga
haruslah sedar bahawa generasi muda inilah yang bakal menyambung dan menjadi
pemimpin negara suatu hari nanti maka pihak kerajaan mahupun semua pihak
haruslah mengekang gejala fitnah dan tahu akan batasan tentang penggunaan
komunikasi yang betul melalui internet ini. Oleh itu, penerapan
nilai-nilai agama amat penting bagi mendidik seseorang itu dalam berkata-kata
atau bertindak.
Nilai Negatif Sikap Fitnah
Sementara dampak yang ditimbulkan oleh fitnah selalu negatif, tidak pernah ada yang positif. Karena itulah fitnah dikatakan berbahaya.
Adapun bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh fitnah antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan kesengsaraan, baik bagi si pemfitnah maupun bagi yang di fitnah.
b. Menimbulkan keresahan ditengah masyarakat
c. Merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan
d. Mencelakakan orang lain
e. Merugikan orang lain dan diri sendiri
f. Masuk Neraka (mendapat siksa)
g. Diancam tidak masuk Syurga, sebagaimana Hadist Nabi SAW tersebut ini :
• Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan masuk Syurga orang yang suka adu domba (memfitnah).” (HR. Bukhari)
“Tidak akan masuk Syurga orang yang suka adu domba (memfitnah).” (HR. Bukhari)
Fitnah dan Dalil-dalilnya
Hadits Abudaud 3702
حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي
وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَمَا تَرَكَ شَيْئًا يَكُونُ فِي مَقَامِهِ ذَلِكَ
إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلَّا حَدَّثَهُ حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ وَنَسِيَهُ
مَنْ نَسِيَهُ قَدْ عَلِمَهُ أَصْحَابُهُ هَؤُلَاءِ وَإِنَّهُ لَيَكُونُ مِنْهُ
الشَّيْءُ فَأَذْكُرُهُ كَمَا يَذْكُرُ الرَّجُلُ وَجْهَ الرَّجُلِ إِذَا غَابَ
عَنْهُ ثُمَّ إِذَا رَآهُ عَرَفَهُ
berdiri di hadapan kami (khutbah), tak ada
sesuatu pun yg bakal terjadi hingga datang hari kiamat kecuali beliau jelaskan
saat itu (berdiri). Maka hafallah orang yg hafal & lupalah orang yg lupa,
& para sahabatnya telah mengetahui hal itu. Sungguh, aku dapat mengingat
apa yg disampaikan saat itu, sebagaimana seorang laki-laki yg mengingat wajah
orang yg pergi kemudian bertemu lagi. [HR. Abudaud No.3702].
Hadits Abudaud No.3702 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Abu
Syaibah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari
[Abu Wail] dari [Hudzaifah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah berdiri di hadapan kami (khutbah), tidak ada sesuatu pun yang
bakal terjadi hingga datang hari kiamat kecuali beliau jelaskan saat itu
(berdiri). Maka hafallah orang yang hafal dan lupalah orang yang lupa, dan para
sahabatnya telah mengetahui hal itu. Sungguh, aku dapat mengingat apa yang
disampaikan saat itu, sebagaimana seorang laki-laki yang mengingat wajah orang
yang pergi kemudian bertemu lagi."]]]
Hadits Abudaud 3703
حَدَّثَنَا
هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ عَنْ بَدْرِ
بْنِ عُثْمَانَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ رَجُلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ أَرْبَعُ
فِتَنٍ فِي آخِرِهَا الْفَنَاءُ
Pada umatku akan terjadi empat macam fitnah,
& yg terakhir adl kebinasaan. [HR. Abudaud No.3703].
Hadits Abudaud No.3703 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Harun bin
Abdullah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud Al Hafari] dari
[Badr bin Utsman] dari [Amir] dari [seorang laki-laki] dari [Abdullah] dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Pada umatku akan
terjadi empat macam fitnah, dan yang terakhir adalah kebinasaan."]]]
Hadits Abudaud 3704
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَالِمٍ حَدَّثَنِي الْعَلَاءُ بْنُ عُتْبَةَ عَنْ
عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ الْعَنْسِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
يَقُولُ كُنَّا قُعُودًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ فَذَكَرَ الْفِتَنَ فَأَكْثَرَ
فِي ذِكْرِهَا حَتَّى ذَكَرَ فِتْنَةَ الْأَحْلَاسِ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَمَا فِتْنَةُ الْأَحْلَاسِ قَالَ هِيَ هَرَبٌ وَحَرْبٌ ثُمَّ فِتْنَةُ
السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَزْعُمُ
أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُونَ ثُمَّ
يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ ثُمَّ فِتْنَةُ
الدُّهَيْمَاءِ لَا تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا لَطَمَتْهُ
لَطْمَةً فَإِذَا قِيلَ انْقَضَتْ تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا
وَيُمْسِي كَافِرًا حَتَّى يَصِيرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِ فُسْطَاطِ
إِيمَانٍ لَا نِفَاقَ فِيهِ وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لَا إِيمَانَ فِيهِ فَإِذَا كَانَ
ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ مِنْ غَدِهِ
permusuhan & peperangan, kemudian fitnah
kesenangan yg asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahli
baitku. Ia mengaku berasal dari keturunanku, padahal bukan. wali-waliku hanya
orang-orang yg bertakwa. Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang
laki-laki layaknya pangkal paha yg bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yg
semu). Kemudian akan muncul fitnah seorang yg buta (dengan kekuasaan), tak
seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya
(bencana kerusakan darinya). Ketika fitnah itu telah dianggap usai, namun
fitnah tersebut justru berkelanjutan. Seorang laki-laki yg paginya beriman
menjadi kafir di waktu sore, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok;
sekelompok orang yg beriman & tak ada kemunafikan dalam keimanannya, &
sekelompok orang yg penuh kemunafikan & tak ada keimanan padanya. Jika
kondisi kalian sudah begitu, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau
keesokan harinya. [HR. Abudaud No.3704].
Hadits Abudaud No.3704 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin
Utsman bin Sa'id Al Himshi] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Al
Mughirah] berkata, telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Salim] berkata,
telah menceritakan kepadaku [Al 'Ala bin Utbah] dari [Umair bin Hani Al 'Ansi]
ia berkata; Aku mendengar [Abdullah bin Umar] berkata, "Saat kami
duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bercerita
tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita seputar fitnah itu hingga beliau
menyebutkan tentang fitnah Al Ahlas. Seorang laki-laki lalu bertanya,
"Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al Ahlas?" beliau menjawab:
"Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah kesenangan yang asapnya
muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahli baitku. Ia mengaku berasal
dari keturunanku, padahal bukan. Wali-waliku hanya orang-orang yang bertakwa.
Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha
yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang semu). Kemudian akan muncul
fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini
kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerusakan darinya).
Ketika fitnah itu telah dianggap usai, namun fitnah tersebut justru
berkelanjutan. Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu
sore, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok; sekelompok orang yang beriman
dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya, dan sekelompok orang yang penuh
kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya. Jika kondisi kalian sudah begitu,
maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya."]]]
Hadits Abudaud 3705
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا
ابْنُ فَرُّوخَ أَخْبَرَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ أَخْبَرَنِي ابْنٌ لِقَبِيصَةَ
بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ وَاللَّهِ مَا
أَدْرِي أَنَسِيَ أَصْحَابِي أَمْ تَنَاسَوْا وَاللَّهِ مَا تَرَكَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَائِدِ فِتْنَةٍ إِلَى أَنْ
تَنْقَضِيَ الدُّنْيَا يَبْلُغُ مَنْ مَعَهُ ثَلَاثَ مِائَةٍ فَصَاعِدًا إِلَّا
قَدْ سَمَّاهُ لَنَا بِاسْمِهِ وَاسْمِ أَبِيهِ وَاسْمِ قَبِيلَتِهِ
Rasulullah tak pernah meninggalkan penyeru fitnah
hingga berakhirnya masa kehidupan dunia, yg jumlahlah lebih dari tiga ratus
orang kecuali beliau menyebutkan kepada kami akan namanya, nama bapak &
kabilahnya. [HR. Abudaud No.3705].
Hadits Abudaud No.3705 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Yahya bin Faris] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Maryam]
berkata, telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Farrukh] berkata, telah
mengabarkan kepadaku [Usamah bin Zaid] berkata, telah mengabarkan kepadaku
[Ibnu Qabishah bin Dzuaib] dari [Bapaknya] ia berkata; [Hudzaifah bin Yaman]
berkata, "Demi Allah, aku tidak tahu apakah para sahabatku lupa atau
pura-pura lupa. Demi Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak
pernah meninggalkan penyeru fitnah hingga berakhirnya masa kehidupan dunia,
yang jumlahlah lebih dari tiga ratus orang kecuali beliau menyebutkan kepada
kami akan namanya, nama bapak dan kabilahnya."]]]
Hadits Abudaud 3706
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ
سُبَيْعِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي زَمَنِ فُتِحَتْ تُسْتَرُ
أَجْلُبُ مِنْهَا بِغَالًا فَدَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا صَدْعٌ مِنْ الرِّجَالِ
وَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ تَعْرِفُ إِذَا رَأَيْتَهُ أَنَّهُ مِنْ رِجَالِ أَهْلِ
الْحِجَازِ قَالَ قُلْتُ مَنْ هَذَا فَتَجَهَّمَنِي الْقَوْمُ وَقَالُوا أَمَا
تَعْرِفُ هَذَا هَذَا حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ إِنَّ النَّاسَ كَانُوا
يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ
وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ فَأَحْدَقَهُ الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ
فَقَالَ إِنِّي أَرَى الَّذِي تُنْكِرُونَ إِنِّي قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ
هَذَا الْخَيْرَ الَّذِي أَعْطَانَا اللَّهُ أَيَكُونُ بَعْدَهُ شَرٌّ كَمَا كَانَ
قَبْلَهُ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَمَا الْعِصْمَةُ مِنْ ذَلِكَ قَالَ السَّيْفُ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ مَاذَا يَكُونُ قَالَ إِنْ كَانَ لِلَّهِ
خَلِيفَةٌ فِي الْأَرْضِ فَضَرَبَ ظَهْرَكَ وَأَخَذَ مَالَكَ فَأَطِعْهُ وَإِلَّا
فَمُتْ وَأَنْتَ عَاضٌّ بِجِذْلِ شَجَرَةٍ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مَعَهُ نَهْرٌ وَنَارٌ فَمَنْ وَقَعَ فِي نَارِهِ وَجَبَ
أَجْرُهُ وَحُطَّ وِزْرُهُ وَمَنْ وَقَعَ فِي نَهْرِهِ وَجَبَ وِزْرُهُ وَحُطَّ
أَجْرُهُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ هِيَ قِيَامُ السَّاعَةِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ
عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ خَالِدٍ
الْيَشْكُرِيِّ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ قُلْتُ بَعْدَ السَّيْفِ قَالَ بَقِيَّةٌ
عَلَى أَقْذَاءٍ وَهُدْنَةٌ عَلَى دَخَنٍ ثُمَّ سَاقَ الْحَدِيثَ قَالَ وَكَانَ
قَتَادَةُ يَضَعُهُ عَلَى الرِّدَّةِ الَّتِي فِي زَمَنِ أَبِي بَكْرٍ عَلَى
أَقْذَاءٍ يَقُولُ قَذًى وَهُدْنَةٌ يَقُولُ صُلْحٌ عَلَى دَخَنٍ عَلَى ضَغَائِنَ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ الْقَعْنَبِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
يَعْنِي ابْنَ الْمُغِيرَةِ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ اللَّيْثِيِّ
قَالَ أَتَيْنَا الْيَشْكُرِيَّ فِي رَهْطٍ مِنْ بَنِي لَيْثٍ فَقَالَ مَنْ
الْقَوْمُ قُلْنَا بَنُو لَيْثٍ أَتَيْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ حَدِيثِ حُذَيْفَةَ
فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَعْدَ هَذَا
الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ فِتْنَةٌ وَشَرٌّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ
بَعْدَ هَذَا الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ يَا حُذَيْفَةُ تَعَلَّمْ كِتَابَ اللَّهِ
وَاتَّبِعْ مَا فِيهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ
بَعْدَ هَذَا الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ هُدْنَةٌ عَلَى دَخَنٍ وَجَمَاعَةٌ عَلَى
أَقْذَاءٍ فِيهَا أَوْ فِيهِمْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ الْهُدْنَةُ عَلَى
الدَّخَنِ مَا هِيَ قَالَ لَا تَرْجِعُ قُلُوبُ أَقْوَامٍ عَلَى الَّذِي كَانَتْ
عَلَيْهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ
فِتْنَةٌ عَمْيَاءُ صَمَّاءُ عَلَيْهَا دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ النَّارِ فَإِنْ
تَمُتْ يَا حُذَيْفَةُ وَأَنْتَ عَاضٌّ عَلَى جِذْلٍ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ
تَتَّبِعَ أَحَدًا مِنْهُمْ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ
حَدَّثَنَا أَبُو التَّيَّاحِ عَنْ صَخْرِ بْنِ بَدْرِ الْعِجْلِيِّ عَنْ سُبَيْعِ
بْنِ خَالِدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ عَنْ حُذَيْفَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ يَوْمَئِذٍ خَلِيفَةً فَاهْرُبْ
حَتَّى تَمُوتَ فَإِنْ تَمُتْ وَأَنْتَ عَاضٌّ وَقَالَ فِي آخِرِهِ قَالَ قُلْتُ
فَمَا يَكُونُ بَعْدَ ذَلِكَ قَالَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا نَتَجَ فَرَسًا لَمْ
تُنْتَجْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
Orang-orang banyak bertanya Rasulullah tentang
kebaikan, sementara aku bertanya beliau tentang keburukan. Orang-orang sepontan
memperhatikan Hudzaifah dgn pandangan tajam, Hudzaifah melanjutkan, Aku tahu
apa yg kalian ingkari (cemaskan). Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, Wahai
Rasulullah, apakah setelah kebaikan yg Allah berikan kepada kita ini, akan
muncul keburukan setelahnya seperti masa-masa sebelumnya?
Beliau menjawab: Benar. Aku bertanya lagi, Bagaimana bisa selamat dari hal itu?
beliau menjawab: Dengan pedang. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, lantas apa yg bakal terjadi?
Beliau menjawab: Jika Allah mempunyai Khalifah di muka bumi, lalu ia memukul punggung & mengambil hartamu, maka taatilah ia. Jika tak begitu, maka matilah kamu dalam keadaan menggigit akar pohon (tidak taat & pergi menyepi). Aku bertanya lagi, Lalu apa yg akan terjadi?
beliau menjawab: Akan muncul dajjal dgn membawa sungai & api. Siapa yg jatuh ke dalam apinya, maka ia akan mendapatkan pahala & akan dihapus dosanya. Dan siapa yg jatuh ke dalam sungainya, maka ia akan mendapat dosa & digugurkan pahalanya. Aku bertanya lagi, Lalu apa lagi?
beliau menjawab: Kiamat akan datang. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Faris berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar dari Qatadah dari Nashr bin Ashim dari Khalid bin Khalid Al Yasykuri dgn hadits yg sama. Ia (Hudzaifah) berkata, Setelah pedang apa lagi?
beliau menjawab: Akan tersisa kotoran mata (keburukan) & kerisuhan yg berkedok kedamaian. Lalu ia menyebutkan hadits selengkapnya. Ia (perawai) berkata, Qatadah menganalogikan 'kotoran mata' adl peristiwa riddah (pemurtadan) yg ada di masa Abu Bakar. Dan 'kerisuhan yg berkedok kedamaian' adl upaya damai yg semu. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman -maksudnya Sulaiman bin Al Mughirah- dari Humaid dari Nashr bin Ashim Al Laitsi ia berkata, Kami pernah mendatangi Al Yasykuri dalam sebuah rombongan bani Laits, ia bertanya, Siapakah orang-orang itu?
kami menjawab, Mereka adl orang-orang bani Laits. Kami mendatangimu untuk menanyakan seputar hadits Hudzaifah.. lalu ia menyebutkan hadits tersebut. Hudzaifah berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?
beliau menjawab: Fitnah & keburukan. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah keburukan ini akan muncul kebaikan?
beliau menjawab: Wahai Hudzaifah, pelajarilah Al-Qur'an & ikuti apa yg ada di dalamnya. Beliau ulangi kata-kata itu hingga tiga kali. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah keburukan ini ada kebaikan?
beliau menjawab: Kericuhan berkedok kedamaian, & kelompok yg diselimuti oleh kekufuran. Aku berkata, Wahai Rasulullah, maksud kerisuhan berkedok kedamaian itu apa?
beliau menjawab: Jika hati orang-orang tak lagi sebagaimana fitrahnya. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan muncul keburukan?
beliau menjawab: Fitnahnya orang yg buta & tuli (dari kebenaran), mereka mempunyai penyeru-penyeru yg berada di pintu neraka. Wahai Hudzaifah, jika engkau mati dalam keadaan menggigit akar pohon (pergi menjauh), maka itu lebih baik dari pada kamu mengikuti mereka. Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Abu At Tayyah dari Shakhr bin Badr Al 'Ijli dari Subai' bin Khalid dgn hadits ini, dari Hudzaifah dari Nabi , beliau bersabda:
Jika pada hari itu engkau tak mendapatkan seorang khalifah (yang adil), maka menjauhlah hingga engkau mendapati kematian, meskipun engkau mati dalam keadaan menggigit akar pohon. Dan pada penghujung hadits Hudzaifah berkata, Aku bertanya, Apa yg akan terjadi setelah itu?
beliau menjawab: Andai kala itu ada seorang laki-laki yg mengawinkan kuda, maka ia tak akan mendapatkan hasil hingga datang kiamat. [HR. Abudaud No.3706].
Beliau menjawab: Benar. Aku bertanya lagi, Bagaimana bisa selamat dari hal itu?
beliau menjawab: Dengan pedang. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, lantas apa yg bakal terjadi?
Beliau menjawab: Jika Allah mempunyai Khalifah di muka bumi, lalu ia memukul punggung & mengambil hartamu, maka taatilah ia. Jika tak begitu, maka matilah kamu dalam keadaan menggigit akar pohon (tidak taat & pergi menyepi). Aku bertanya lagi, Lalu apa yg akan terjadi?
beliau menjawab: Akan muncul dajjal dgn membawa sungai & api. Siapa yg jatuh ke dalam apinya, maka ia akan mendapatkan pahala & akan dihapus dosanya. Dan siapa yg jatuh ke dalam sungainya, maka ia akan mendapat dosa & digugurkan pahalanya. Aku bertanya lagi, Lalu apa lagi?
beliau menjawab: Kiamat akan datang. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Faris berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar dari Qatadah dari Nashr bin Ashim dari Khalid bin Khalid Al Yasykuri dgn hadits yg sama. Ia (Hudzaifah) berkata, Setelah pedang apa lagi?
beliau menjawab: Akan tersisa kotoran mata (keburukan) & kerisuhan yg berkedok kedamaian. Lalu ia menyebutkan hadits selengkapnya. Ia (perawai) berkata, Qatadah menganalogikan 'kotoran mata' adl peristiwa riddah (pemurtadan) yg ada di masa Abu Bakar. Dan 'kerisuhan yg berkedok kedamaian' adl upaya damai yg semu. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman -maksudnya Sulaiman bin Al Mughirah- dari Humaid dari Nashr bin Ashim Al Laitsi ia berkata, Kami pernah mendatangi Al Yasykuri dalam sebuah rombongan bani Laits, ia bertanya, Siapakah orang-orang itu?
kami menjawab, Mereka adl orang-orang bani Laits. Kami mendatangimu untuk menanyakan seputar hadits Hudzaifah.. lalu ia menyebutkan hadits tersebut. Hudzaifah berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?
beliau menjawab: Fitnah & keburukan. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah keburukan ini akan muncul kebaikan?
beliau menjawab: Wahai Hudzaifah, pelajarilah Al-Qur'an & ikuti apa yg ada di dalamnya. Beliau ulangi kata-kata itu hingga tiga kali. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah keburukan ini ada kebaikan?
beliau menjawab: Kericuhan berkedok kedamaian, & kelompok yg diselimuti oleh kekufuran. Aku berkata, Wahai Rasulullah, maksud kerisuhan berkedok kedamaian itu apa?
beliau menjawab: Jika hati orang-orang tak lagi sebagaimana fitrahnya. Aku bertanya lagi, Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan muncul keburukan?
beliau menjawab: Fitnahnya orang yg buta & tuli (dari kebenaran), mereka mempunyai penyeru-penyeru yg berada di pintu neraka. Wahai Hudzaifah, jika engkau mati dalam keadaan menggigit akar pohon (pergi menjauh), maka itu lebih baik dari pada kamu mengikuti mereka. Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Abu At Tayyah dari Shakhr bin Badr Al 'Ijli dari Subai' bin Khalid dgn hadits ini, dari Hudzaifah dari Nabi , beliau bersabda:
Jika pada hari itu engkau tak mendapatkan seorang khalifah (yang adil), maka menjauhlah hingga engkau mendapati kematian, meskipun engkau mati dalam keadaan menggigit akar pohon. Dan pada penghujung hadits Hudzaifah berkata, Aku bertanya, Apa yg akan terjadi setelah itu?
beliau menjawab: Andai kala itu ada seorang laki-laki yg mengawinkan kuda, maka ia tak akan mendapatkan hasil hingga datang kiamat. [HR. Abudaud No.3706].
Hadits Abudaud No.3706 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Musaddad]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Awanah] dari [Qatadah] dari [Nashr
bin Ashim] dari [Subai' bin Khalid] ia berkata, "Aku pernah datang ke
Kufah saat penaklukan kota Tustar tempat yang biasa aku membeli domba. Aku
lantas masuk ke sebuah masjid, orang-orang banyak berkumpul, dan ternyata di
sana ada seorang lelaki -jika kamu melihat, kamu akan tahu bahwa ia dari
wilayah Hijaz; Makkah dan Madinah-. Aku bertanya, "Siapakah lelaki
ini?" orang-orang memandangiku dengan sorotan tajam, mereka berkata,
"Engkau tidak tahu orang ini! ini adalah [Hudzaifah Ibnul Yaman], seorang
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Hudzaifah lalu berkata,
"Orang-orang banyak bertanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tentang kebaikan, sementara aku bertanya beliau tentang keburukan."
Orang-orang sepontan memperhatikan Hudzaifah dengan pandangan tajam, Hudzaifah
melanjutkan, "Aku tahu apa yang kalian ingkari (cemaskan). Aku pernah
bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan
yang Allah berikan kepada kita ini, akan muncul keburukan setelahnya seperti
masa-masa sebelumnya?" Beliau menjawab: "Benar." Aku bertanya
lagi, "Bagaimana bisa selamat dari hal itu?" beliau menjawab:
"Dengan pedang." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, lantas
apa yang bakal terjadi?" Beliau menjawab: "Jika Allah mempunyai
Khalifah di muka bumi, lalu ia memukul punggung dan mengambil hartamu, maka
taatilah ia. Jika tidak begitu, maka matilah kamu dalam keadaan menggigit akar
pohon (tidak taat dan pergi menyepi)." Aku bertanya lagi, "Lalu apa
yang akan terjadi?" beliau menjawab: "Akan muncul dajjal dengan
membawa sungai dan api. Siapa yang jatuh ke dalam apinya, maka ia akan
mendapatkan pahala dan akan dihapus dosanya. Dan siapa yang jatuh ke dalam
sungainya, maka ia akan mendapat dosa dan digugurkan pahalanya." Aku
bertanya lagi, "Lalu apa lagi?" beliau menjawab: "Kiamat akan
datang." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yahya bin Faris]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] dari [Ma'mar] dari
[Qatadah] dari [Nashr bin Ashim] dari [Khalid bin Khalid Al Yasykuri] dengan
hadits yang sama. Ia (Hudzaifah) berkata, "Setelah pedang apa lagi?"
beliau menjawab: "Akan tersisa kotoran mata (keburukan) dan kerisuhan yang
berkedok kedamaian." Lalu ia menyebutkan hadits selengkapnya." Ia
(perawai) berkata, "Qatadah menganalogikan 'kotoran mata' adalah peristiwa
riddah (pemurtadan) yang ada di masa Abu Bakar. Dan 'kerisuhan yang berkedok
kedamaian' adalah upaya damai yang semu." Telah menceritakan kepada kami
[Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi] berkata, telah menceritakan kepada kami
[Sulaiman] -maksudnya Sulaiman bin Al Mughirah- dari [Humaid] dari [Nashr bin
Ashim Al Laitsi] ia berkata, "Kami pernah mendatangi [Al Yasykuri] dalam
sebuah rombongan bani Laits, ia bertanya, "Siapakah orang-orang itu?"
kami menjawab, "Mereka adalah orang-orang bani Laits. Kami mendatangimu
untuk menanyakan seputar hadits Hudzaifah.. lalu ia menyebutkan hadits
tersebut. Hudzaifah berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
setelah kebaikan ini akan ada keburukan?" beliau menjawab: "Fitnah
dan keburukan." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah setelah
keburukan ini akan muncul kebaikan?" beliau menjawab: "Wahai
Hudzaifah, pelajarilah Al-Qur'an dan ikuti apa yang ada di dalamnya."
Beliau ulangi kata-kata itu hingga tiga kali. Aku bertanya lagi, "Wahai
Rasulullah, apakah setelah keburukan ini ada kebaikan?" beliau menjawab:
"Kericuhan berkedok kedamaian, dan kelompok yang diselimuti oleh
kekufuran." Aku berkata, "Wahai Rasulullah, maksud kerisuhan berkedok
kedamaian itu apa?" beliau menjawab: "Jika hati orang-orang tidak
lagi sebagaimana fitrahnya." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah,
apakah setelah kebaikan ini akan muncul keburukan?" beliau menjawab:
"Fitnahnya orang yang buta dan tuli (dari kebenaran), mereka mempunyai
penyeru-penyeru yang berada di pintu neraka. Wahai Hudzaifah, jika engkau mati
dalam keadaan menggigit akar pohon (pergi menjauh), maka itu lebih baik dari
pada kamu mengikuti mereka." Telah menceritakan kepada kami [Musaddad]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Abu At Tayyah] dari [Shakhr bin Badr Al 'Ijli] dari
[Subai' bin Khalid] dengan hadits ini, dari [Hudzaifah] dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika pada hari itu engkau tidak
mendapatkan seorang khalifah (yang adil), maka menjauhlah hingga engkau mendapati
kematian, meskipun engkau mati dalam keadaan menggigit akar pohon." Dan
pada penghujung hadits Hudzaifah berkata, "Aku bertanya, "Apa yang
akan terjadi setelah itu?" beliau menjawab: "Andai kala itu ada
seorang laki-laki yang mengawinkan kuda, maka ia tidak akan mendapatkan hasil
hingga datang kiamat."]]]
Hadits Abudaud 3707
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ زَيْدِ
بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ الْكَعْبَةِ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ
فَلْيُطِعْهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا رَقَبَةَ
الْآخَرِ قُلْتُ أَنْتَ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي قُلْتُ هَذَا
ابْنُ عَمِّكَ مُعَاوِيَةُ يَأْمُرُنَا أَنْ نَفْعَلَ وَنَفْعَلَ قَالَ أَطِعْهُ
فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَاعْصِهِ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ
Barangsiapa membaiat seorang imam, ia jabat
tangannya & menyerahkan keikhlasan hatinya (untuk setia), maka hendaklah ia
berikan hak ketaatan padanya semampu mungkin. Jika ada pihak lain yg ingin
mengambil kekuasaannya hendaklah ia penggal lehernya. Aku (perawi) bertanya, Apakah
engkau benar-benar mendengarnya dari Rasulullah ?
Abdullah bin Amru menjawab: Kedua telingaku mendengarnya & hatiku mengingatnya. Aku berkata, Sepupumu ini (Mu'awiyah), memerintahkan kami untuk melakukan begini & begini?
ia menjawab, Taatilah ia dalam ketaatan kepada Allah, & ingkarilah dalam kemaksiatan kepada-Nya. [HR. Abudaud No.3707].
Abdullah bin Amru menjawab: Kedua telingaku mendengarnya & hatiku mengingatnya. Aku berkata, Sepupumu ini (Mu'awiyah), memerintahkan kami untuk melakukan begini & begini?
ia menjawab, Taatilah ia dalam ketaatan kepada Allah, & ingkarilah dalam kemaksiatan kepada-Nya. [HR. Abudaud No.3707].
Hadits Abudaud No.3707 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Musaddad]
berkata, telah menceritakan kepada kami [Isa bin Yunus] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Zaid bin Wahb] dari ['Abdurrahman
bin Abdu Rabbil Ka'bah] dari [Abdullah bin Amru] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa membaiat seorang imam, ia jabat tangannya
dan menyerahkan keikhlasan hatinya (untuk setia), maka hendaklah ia berikan hak
ketaatan padanya semampu mungkin. Jika ada pihak lain yang ingin mengambil
kekuasaannya hendaklah ia penggal lehernya." Aku (perawi) bertanya,
"Apakah engkau benar-benar mendengarnya dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?" Abdullah bin Amru menjawab: "Kedua telingaku
mendengarnya dan hatiku mengingatnya." Aku berkata, "Sepupumu ini
(Mu'awiyah), memerintahkan kami untuk melakukan begini dan begini?" ia
menjawab, "Taatilah ia dalam ketaatan kepada Allah, dan ingkarilah dalam
kemaksiatan kepada-Nya."]]]
Hadits Abudaud 3708
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى
عَنْ شَيْبَانَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ
قَدْ اقْتَرَبَ أَفْلَحَ مَنْ كَفَّ يَدَهُ
Celakalah orang-orang Arab dari keburukan yg kian
mendekat, & beruntunglah orang yg dapat menahan tangannya. [HR. Abudaud No.3708].
Hadits Abudaud No.3708 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Yahya bin Faris] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Musa]
dari [Syaiban] dari [Al A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Celakalah orang-orang Arab
dari keburukan yang kian mendekat, dan beruntunglah orang yang dapat menahan
tangannya."]]]
Hadits Abudaud 3709
قَالَ أَبُو
دَاوُد حُدِّثْتُ عَنْ ابْنِ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْمُسْلِمُونَ أَنْ
يُحَاصَرُوا إِلَى الْمَدِينَةِ حَتَّى يَكُونَ أَبْعَدَ مَسَالِحِهِمْ سَلَاحِ
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ عَنْبَسَةَ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ
قَالَ وَسَلَاحِ قَرِيبٌ مِنْ خَيْبَرَ
Hampir-hampir kaum muslimin terkepung hingga
Madinah, sampai-sampai batas akhir pertahanan mereka adl Silah (tempat dekat
Khaibar)., telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih dari Anbasah dari
Yunus dari Az Zuhri ia berkata; Silah adl nama tempat yg dekat dgn Khaibar. [HR. Abudaud No.3709].
Hadits Abudaud No.3709 Secara Lengkap
[[[Abu Dawud berkata; aku mendapat cerita dari
[Ibnu Wahb] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Jarir bin Hazim] dari
[Ubaidullah bin Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hampir-hampir
kaum muslimin terkepung hingga Madinah, sampai-sampai batas akhir pertahanan
mereka adalah Silah (tempat dekat Khaibar).", telah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Shalih dari Anbasah dari Yunus dari Az Zuhri ia berkata;
"Silah adalah nama tempat yang dekat dengan Khaibar."]]]
Hadits Abudaud 3710
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ
زَوَى لِي الْأَرْضَ أَوْ قَالَ إِنَّ رَبِّي زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ
مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ مُلْكَ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوِيَ لِي
مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ
رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ وَلَا يُسَلِّطَ
عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ
رَبِّي قَالَ لِي يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا
يُرَدُّ وَلَا أُهْلِكُهُمْ بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ وَلَا أُسَلِّطُ عَلَيْهِمْ
عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ
عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِ أَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ بِأَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ
بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَحَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا
وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ وَإِذَا وُضِعَ
السَّيْفُ فِي أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَلَا
تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ
وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي
أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا
خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
عَلَى الْحَقِّ قَالَ ابْنُ عِيسَى ظَاهِرِينَ ثُمَّ اتَّفَقَا لَا يَضُرُّهُمْ
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
Allah telah mendekatkan bumi ini untukku, atau
beliau mengatakan: Rabbku telah mendekatkan bumi ini untukku, sehingga aku
dapat melihat antara timur & baratnya. Sungguh, kekuasaan umatku akan
sampai pada jarak yg diperlihatkan kepadaku tersebut. Aku telah diberi dua
harta simpanan; harta berwarna merah (emas) & harta berwarna putih (perak).
Aku meminta kepada Allah untuk umatku, agar Allah tak membinasakan mereka dgn
paceklik secara global, serta tak dikuasakan kepada mereka musuh dari selain
mereka hingga merampas suluruh harta & rumah-rumah mereka. Rabbku telah
berfirman kepadaku: 'Wahai Muhammad, jika Aku telah memberi satu ketetapan maka
tak akan dapat ditolak. Aku tak akan membinasakan mereka dgn paceklik secara
global, serta tak menguasakan kepada mereka musuh dari selain mereka hingga
merampas seluruh harta & rumah-rumah mereka. miskipun musuh berkumpul dari
berbagai penjuru, atau beliau menyebutkan: segala penjuru, hingga sebagian
mereka (musuh) membunuh sebagian yg lain (umat Rasulullah ), serta menawan
sebagian yg lain'. Yang aku kawatirkan atas umatku hanyalah orang-orang yg
sesat, jika sebuah pedang diletakkan di hadapan umatku, maka pedang tersebut
tak terangkat (digunakan untuk jihad) hingga kiamat datang. Tidak akan datang
kiamat hingga sebagian dari umatku menjadi musyrik & menyembah berhala,
sesungguhnya akan ada para pendusta dalam umatku, jumlah mereka tiga puluh
orang, semuanya mengaku bahwa dirinya adl Nabi. (padahal) aku adl penutup para
Nabi, tak ada Nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada dari umatku yg berada di
atas kebenaran, Ibnu Isa menyebutkan, mereka eksis, lalu keduanya sepakat
menyebutkan, tak akan membahayakan mereka orang-orang yg menyelisihinya hingga
datang perkara Allah (kiamat). [HR. Abudaud No.3710].
Hadits Abudaud No.3710 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin
Harb] dan [Muhammad bin Isa] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami
[Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Abu Asma] dari
[Tsauban] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah telah mendekatkan bumi ini untukku, atau beliau mengatakan: "Rabbku
telah mendekatkan bumi ini untukku, sehingga aku dapat melihat antara timur dan
baratnya. Sungguh, kekuasaan umatku akan sampai pada jarak yang diperlihatkan
kepadaku tersebut. Aku telah diberi dua harta simpanan; harta berwarna merah
(emas) dan harta berwarna putih (perak). Aku meminta kepada Allah untuk umatku,
agar Allah tidak membinasakan mereka dengan paceklik secara global, serta tidak
dikuasakan kepada mereka musuh dari selain mereka hingga merampas suluruh harta
dan rumah-rumah mereka. Rabbku telah berfirman kepadaku: 'Wahai Muhammad, jika
Aku telah memberi satu ketetapan maka tidak akan dapat ditolak. Aku tidak akan
membinasakan mereka dengan paceklik secara global, serta tidak menguasakan
kepada mereka musuh dari selain mereka hingga merampas seluruh harta dan
rumah-rumah mereka. miskipun musuh berkumpul dari berbagai penjuru, atau beliau
menyebutkan: "segala penjuru, hingga sebagian mereka (musuh) membunuh
sebagian yang lain (umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam), serta
menawan sebagian yang lain'. Yang aku kawatirkan atas umatku hanyalah
orang-orang yang sesat, jika sebuah pedang diletakkan di hadapan umatku, maka
pedang tersebut tidak terangkat (digunakan untuk jihad) hingga kiamat datang.
Tidak akan datang kiamat hingga sebagian dari umatku menjadi musyrik dan
menyembah berhala, sesungguhnya akan ada para pendusta dalam umatku, jumlah
mereka tiga puluh orang, semuanya mengaku bahwa dirinya adalah Nabi. (padahal)
aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada
dari umatku yang berada di atas kebenaran, Ibnu Isa menyebutkan, "mereka
eksis, lalu keduanya sepakat menyebutkan, "tidak akan membahayakan mereka
orang-orang yang menyelisihinya hingga datang perkara Allah (kiamat)."]]]
Hadits Abudaud 3711
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الطَّائِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ
حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ ابْنُ عَوْفٍ وَقَرَأْتُ فِي أَصْلِ إِسْمَعِيلَ قَالَ
حَدَّثَنِي ضَمْضَمٌ عَنْ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِي مَالِكٍ يَعْنِي الْأَشْعَرِيَّ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ
أَجَارَكُمْ مِنْ ثَلَاثِ خِلَالٍ أَنْ لَا يَدْعُوَ عَلَيْكُمْ نَبِيُّكُمْ
فَتَهْلَكُوا جَمِيعًا وَأَنْ لَا يَظْهَرَ أَهْلُ الْبَاطِلِ عَلَى أَهْلِ
الْحَقِّ وَأَنْ لَا تَجْتَمِعُوا عَلَى ضَلَالَةٍ
Allah melindungi kalian dari tiga hal; jangan
sampai Nabi kalian mendoakan (keburukan), hingga kalian mendapat kecelakaan,
jangan sampai pendukung kebatilan (orang-orang kafir) mengalahkan pendukung
kebenaran, & jangan sampai kalian berkumpul dalam kesesatan. [HR. Abudaud No.3711].
Hadits Abudaud No.3711 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Auf Ath Tha`i] berkata, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isma'il]
berkata, telah menceritakan kepadaku [Bapakku]. [Ibnu Auf] berkata; Aku membaca
dalam buku Isma'il; ia berkata; telah menceritakan kepadaku [Dhamdham] dari
[Syuraih] dari [Abu Malik] -maksudnya Abul Malik Al Asy'ari- ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah melindungi
kalian dari tiga hal; jangan sampai Nabi kalian mendoakan (keburukan), hingga
kalian mendapat kecelakaan, jangan sampai pendukung kebatilan (orang-orang
kafir) mengalahkan pendukung kebenaran, dan jangan sampai kalian berkumpul
dalam kesesatan."]]]
Hadits Abudaud 3712
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْأَنْبَارِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ
سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ
نَاجِيَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَدُورُ رَحَى الْإِسْلَامِ لِخَمْسٍ وَثَلَاثِينَ أَوْ
سِتٍّ وَثَلَاثِينَ أَوْ سَبْعٍ وَثَلَاثِينَ فَإِنْ يَهْلَكُوا فَسَبِيلُ مَنْ
هَلَكَ وَإِنْ يَقُمْ لَهُمْ دِينُهُمْ يَقُمْ لَهُمْ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ
قُلْتُ أَمِمَّا بَقِيَ أَوْ مِمَّا مَضَى قَالَ مِمَّا مَضَى قَالَ أَبُو دَاوُد
مَنْ قَالَ خِرَاشٍ فَقَدْ أَخْطَأَ
Roda Islam akan berputar (berlangsung) selama
tiga puluh lima, atau tiga puluh enam, atau tiga puluh tujuh (tahun). Jika
mereka binasa maka itulah jalan orang-orang yg binasa (sebelum mereka), namun
jika mereka menegakkan agama, maka mereka akan tetap ada hingga tujuh puluh
tahun. Ibnu Mas'ud berkata, Aku lalu bertanya, Dihitung dari pasca tiga puluh
lima tahun, atau mulai dari awal berdirinya daulah Islam (di masa
kenabian)?
beliau menjawab: Dihitung dari awal. Abu Dawud berkata, Siapa yg mengatakan (Rib'ie bin) Khirasy, ia telah keliru. [HR. Abudaud No.3712].
beliau menjawab: Dihitung dari awal. Abu Dawud berkata, Siapa yg mengatakan (Rib'ie bin) Khirasy, ia telah keliru. [HR. Abudaud No.3712].
Hadits Abudaud No.3712 Secara Lengkap
[[[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Sulaiman Al Anbari] berkata, telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman] dari
[Sufyan] dari [Manshur] dari [rib'I bin Hirasy] dari [Al Bara bin Najiah] dari
[Abdullah bin Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Roda Islam akan berputar (berlangsung) selama tiga puluh lima, atau tiga
puluh enam, atau tiga puluh tujuh (tahun). Jika mereka binasa maka itulah jalan
orang-orang yang binasa (sebelum mereka), namun jika mereka menegakkan agama,
maka mereka akan tetap ada hingga tujuh puluh tahun." Ibnu Mas'ud berkata,
"Aku lalu bertanya, "Dihitung dari pasca tiga puluh lima tahun, atau
mulai dari awal berdirinya daulah Islam (di masa kenabian)?" beliau
menjawab: "Dihitung dari awal." Abu Dawud berkata, "Siapa yang
mengatakan (Rib'ie bin) Khirasy, ia telah keliru."]]]
Hadits Abudaud 3713
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ حَدَّثَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ
شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى
الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَّةُ هُوَ قَالَ
الْقَتْلُ الْقَتْلُ
Zaman akan semakin dekat (waktu seakan singkat),
ilmu semakin berkurang, fitnah bermunculan, banyak sifat kikir & menyebar
Al harj. Dikatakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, apa itu (Al harj)?
beliau menjawab: Pembunuhan, pembunuhan. [HR. Abudaud No.3713].
beliau menjawab: Pembunuhan, pembunuhan. [HR. Abudaud No.3713].
Hikmah di Balik
Adanya Fitnah (Ujian dan Cobaan)
Allah berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ
يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan
kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk
apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. Al-Ankabut: 2-4).
Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy mengomentari ayat di atas dalam tafsir beliau (1/626): Allah memberitakan tentang kesempurnaan hikmah-Nya, bahwa hikmah Allah tidak menghendaki bahwa setiap orang yang berkata bahwa sesungguhnya dia beriman, dia mengaku bahwa dirinya memiliki kemimanan lantas dibiarkan dalam keadaan selamat dari fitnah dan cobaan. Dan keimanannya tidak diganggu oleh apapun saja. Kalau demikian halnya tentu tidak dapat dibedakan orang yang jujur dan orang yang dusta, orang yang benar dan orang yang salah. Akan tetapi telah berlaku ketetapan Allah bagi umat-umat terdahulu dan sekarang untuk menguji mereka dengan kelapangan dan kesempitan, dengan kesulitan dan kemudahan, dengan rasa suka dan duka, dengan kekayaan dan kemiskinan. Dan terkadang dihinakan oleh musuh-musuh mereka dengan ucapan dan perbuatan, dan sebagainya dari berbagai macam fitnah dan ujian. Yang semuanya itu kembali kepada fitnah syubuhat yang merusak aqidah dan fitnah syahawat yang merusak keinginan beramal.
Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy mengomentari ayat di atas dalam tafsir beliau (1/626): Allah memberitakan tentang kesempurnaan hikmah-Nya, bahwa hikmah Allah tidak menghendaki bahwa setiap orang yang berkata bahwa sesungguhnya dia beriman, dia mengaku bahwa dirinya memiliki kemimanan lantas dibiarkan dalam keadaan selamat dari fitnah dan cobaan. Dan keimanannya tidak diganggu oleh apapun saja. Kalau demikian halnya tentu tidak dapat dibedakan orang yang jujur dan orang yang dusta, orang yang benar dan orang yang salah. Akan tetapi telah berlaku ketetapan Allah bagi umat-umat terdahulu dan sekarang untuk menguji mereka dengan kelapangan dan kesempitan, dengan kesulitan dan kemudahan, dengan rasa suka dan duka, dengan kekayaan dan kemiskinan. Dan terkadang dihinakan oleh musuh-musuh mereka dengan ucapan dan perbuatan, dan sebagainya dari berbagai macam fitnah dan ujian. Yang semuanya itu kembali kepada fitnah syubuhat yang merusak aqidah dan fitnah syahawat yang merusak keinginan beramal.
Barangsiapa yang tetap dalam keimanan dan tidak goyah ketika
datang fitnah syubuhat, bahkan dia menolaknya dengan al-haq (kebenaran)
yang ada pada dirinya. Atau ketika datang fitnah syahwat yang membawa kepada
maksiat dan dosa, atau memalingkannya dari apa yang diperintahkan Allah dan
Rasul-Nya. Ia berjalan sesuai dengan tututan iman dan berusaha melawah
nafsunya. hal ini semua menunjukkan akan kejujuran dan kebenaran imannya.
Akan tetapi, barangsiapa yang ketika datangnya fitnah syubuhat timbul
keraguan dan kebimbangan dalam hatinya atau ketika fitnah syahwat muncul justru
mengarahkannya kepada perbuatan maksiat dan menghalanginya dari menjalankan
kewajiban! Maka ini adalah pertanda tidak jujurnya ia dalam beriman.
Manusia dalam pada keadaan seperti ini bertingkat-tingkat,
tiada yang mengetahuinya kecuali Allah. Ada yang sedikit dan ada yang banyak,
kita memohon kepada Allah agar meneguhkan kita dengan perkataan yang kokoh di
dunia dan di akhirat. Juga meneguhkan hati kita di atas agama-Nya. Sesungguhnya
ujian dan cobaan bagi jiwa bagaikan tungku api yang mengeluatkan yang jelek dan
yang jelek.
Dalam firman Allah yang lain,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
[البقرة/155-157]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Baqarah: 155-157).
Di sebutkan dalm tafsir As-Sa’di (1/75): Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya sudah sepantasnya seorang hamba itu
diuji dengan cobaan atau musibah, agar tampak jelas seorang hamba antara yang
jujur dan dusta, tidak sabar dan yang sabar, ini merupakan Sunnatullah terhadap
hamba-Nya; apabila kemakmuran terus berlangsung bagi ahli iman, tidak terjadi
dengannya cobaan atau musibah, maka akan terjadi percampuran antara kebaikan
dan keburukan, hikmah Allah menurunkan cobaan atau musibah untuk membedakan
antara hamba yang baik dan yang buruk. Ini merupakan faidah dari cobaan, bukan
menghilangkan keimanan dari kaum muslimin, dan memalingkan mereka dari Agama,
Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan seorang mukmin, Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengabarkan dalam ayat ini, sesungguhnya Dia akan menguji
hamba-Nya (dengan sedikit ketakutan) yaitu dari musuh-musuh mereka. (الجوع) dan
sedikit kelaparan, karena sesungguhnya apabila Allah menguji mereka dengan
ketakutan atau kelaparan yang menyeluruh, maka mereka akan binasa, sedangkan
cobaan atau musibah adalah membersihkan bukan membinasakan. (Kekurangan harta)
ini mencakup semua kekurangan yang terjadi pada harta, dari bencana besar dari
langit, tenggelam, hilang, diambil secara zalim oleh penguasa yang zalim,
perampok, dan yang lainnya. (والأنفس) jiwa, yaitu perginya orang-orang yang
dicintai, seperti anak, karib kerabat, dan teman, atau segala macam penyakit
yang ada dalam tubuh seorang hamba, atau tubuh orang yang dicintainya.
(والثمرات) biji-bijian, buah kurma, pohon-pohon yang lainnya, dan sayur-sayuran
karena hujan es, dingin, terbakar, atau bencana langit lainnya, seperti hama
belalang dan yang lainnya. Perkara ini semua pasti akan terjadi, karena
sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui telah mengabarkannya, maka terjadilah
seperti apa yang dikabarkan, Apabila perkara ini terjadi maka manusia akan
pecah menjadi dua bagian: orang-orang yang tidak sabar dan yang sabar; orang
yang tidak sabar, mereka akan mendapatkan dua musibah, kehilangan yang dia
cintai, dengan adanya musibah ini, dan kehilangan yang lebih besar dari itu,
yaitu pahala mengerjakan perintah Allah dengan bersabar, mereka memperoleh kerugian
dan tidak mendapatkan pahala, juga berkurangnya keimanan pada mereka, hilangnya
kesabaran, keridhaan dan bersyukur, dia mendapati pada dirinya (kemurkaan)yang
menunjukkan atas kelemahannya.