Archive for November 2016
Makalah KETERAMPILAN BERBAHASA
0
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWt
yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keterampilan Berbahas untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Sri Rezeky Maulina Azmi M.Pd,M.Kom selaku Dosen Pengampu .
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keterampilan Berbahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keterampilan Berbahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kisaran, Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya. Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi mengenai Keterampilan Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya. Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi mengenai Keterampilan Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan menurut para Ahli?
2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan berbicara?
3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan membaca?
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan membaca?
Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan menurut para Ahli?
2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan berbicara?
3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan membaca?
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan membaca?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti ataupun mengetahui keterampilan berbahasa yang baik dan benar yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti ataupun mengetahui keterampilan berbahasa yang baik dan benar yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan..
Ada empat aspek dalam Keterampilan berbahasa tersebut, yaitu :
a. Keterampilan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan..
Ada empat aspek dalam Keterampilan berbahasa tersebut, yaitu :
a. Keterampilan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
2.2 Keterampilan Menyimak
2.2.1 Pengertian Menyimak Menurut Para Ahli
Hakikat dari menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Pengertian Menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti: Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang– lambang lisan.Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994 : 28). Sedangkan Tarigan (1994 :28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.2.2 Pengertian menyimak menurut Akhadiah
(dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak.
2.2.1 Pengertian Menyimak Menurut Para Ahli
Hakikat dari menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Pengertian Menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti: Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang– lambang lisan.Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994 : 28). Sedangkan Tarigan (1994 :28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.2.2 Pengertian menyimak menurut Akhadiah
(dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak.
2.2.3 Tujuan Menyimak
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut.
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut.
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
2.3. Keterampilan Berbicara
2.3.1 Pengertian Berbicara
2.3.1 Pengertian Berbicara
Berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan manusia dalam kegiatan
berbahasa setelah aktivitas menyimak. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya
itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara
dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan
kosa kata bahasa yang bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan
masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa
lawan bicara (Nurgiyantoro, 1995:274).
Berbicara
pada hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi secara lisan antara pembicara
dan lawan bicara. Menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot
dan jaringan tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide
yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol social.
Dengan demikian, berbicara itu lebih
daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pihak lain, diperlukan adanya beberapa hal atau unsur.
2.3.2 Beberapa unsur dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi tersebut adalah:
Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pihak lain, diperlukan adanya beberapa hal atau unsur.
2.3.2 Beberapa unsur dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi tersebut adalah:
- Pembicara
- Lawan bicara (penyimak)
- Lambang (bahasa lisan)
- Pesan, maksud, gagasan, atau ide
Menurut
Tarigan (1990), tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia juga harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia juga harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perseorangan. Pada dasarnya, berbicara itu
memiliki tiga maksud utama, yaitu:
- Memberitahukan, melaporkan (to inform)
- Menjamu, menghibur (to intertain)
- Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
2.3.3 Rambu-rambu dalam Berbicara
Suksesnya sebuah pembicaraan sangat
tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu, dituntut beberapa persyaratan
kepada seorang pembicara dan pendengar. Menurut Arsjad (1991) hal-hal yang
harus diperhatikan oleh seorang pembicara adalah:
1.
Menguasai masalah yang dibicarakan.
Penguasaan
masalah ini akan menumbuhkan keyakinan pada diri pembicara, sehingga akan
tumbuh keberanian. Keberanian ini merupakan salah satu modal pokok bagi
pembicara.
2. Mulai
berbicara kalau situasi sudah mengizinkan.
Sebelum
mulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,
terutama pendengar. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian
pendengar. Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang
pembicara yang baik akan menginformasikan tujuan ia berbicara dan menjelaskan
pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar.
3. Berbicara
harus jelas dan tidak terlalu cepat.
Bunyi-bunyi
bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan
pilihan kata pun harus tepat.
4. Pandangan
mata dan gerak-gerik yang membantu.
Hendaknya terjadi kontak
batin antara pembicara dengan pendengar. Pendengar merasa diajak berbicara dan
diperhatikan. Pandangan mata dalam kasus seperti ini sangat
membantu. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa
persaudaraan. Siapapun pendengarnya dan bagaimana pun tingkat pendidikannya
pembicara harus menghargainya. Pembicara tidak boleh mudah terangsang emosinya
sehingga mudah terpancing amarahnya.
Dalam
komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan. Seandainya
kita ingin mengemukakan tanggapan, berbicaralah kalau sudah diberi kesempatan.
Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan berebut berbicara.
5. Kenyaringan
suara.
Suara
hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar dalam ruangan itu. Volume suara
jangn terlalu lemah dan jangan terlalu tinggi, apalagi berteriak.
Pendengar akan lebih terkesan kalau
ia dapat menyaksikan pembicara sepenuhnya. Usahakanlah berdiri atau duduk pada
posisi yang dapat dilihat oleh seluruh pendengar.
2.3.5 Fungsi Berbicara
Dalam
kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan salah satu kebutuhan mutlak manusia
untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik. Sebagian besar kehidupan kita
setiap harinya banyak didominasi oleh kegiatan berbicara.
Menurut
Haryadi (1994) ada beberapa fungsi berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat
berfungsi sebagai:
pemenuhan hajat hidup manusia
sebagai makhluk sosial,
- Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau
keperluan,
- Ekspresi sikap dan nilai demokrasi,
- Alat pengembangan dan penyebarluasan
ide/pengetahuan,
- Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan.
2.4 Keterampilan Membaca
2.4.1 Pengertian
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
2.4.1 Pengertian
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
Menurut para ahli membaca mempunyai
banyak arti, diantaranya adalah :
·
Memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
·
Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7).
·
Membaca
merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan
pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
·
Hal
tersebut berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan
penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain
juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan
kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir
Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
·
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting
meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G.
Tarigan, 1986:8).
·
Kegiatan
membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang
diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari
aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal,
alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka
nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan.
Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola
kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan
yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan
bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat
maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk
yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat
membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet,
2008:68
·
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7).
·
Membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2).
·
Membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika
seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi
2007:4).
·
Senada
dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa ‘membaca’ adalah
suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik
menjadi membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8).
Dalam kajian membaca dikenal banyak
jenis membaca. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara si pembaca pada
waktu membaca, membaca dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca
bersuara atau membaca nyaring.. Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang
dibaca, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif.
2.4.2 Golongan Dalam Membaca
Dilihat dari tujuan kedalamannya
atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca literer, membaca
kritis, dan membaca kreatif.
A. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati.
Kesulitan membaca nyaring juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-pt ot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-guru yang professional.
B. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati.
Kesulitan membaca nyaring juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-pt ot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-guru yang professional.
B. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
C. Membaca Intensif
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
D. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis..
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
D. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis..
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
2.5 Keterampilan Menulis
2.5.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
2.5.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil
yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan
secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya
mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang
dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai
suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet
(2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn
Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most important things you do in
college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di
sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam
kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan
juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce
or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha
untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Menurut Eric Gould, Robert
DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan writing is a creative act,
the act of writing is creative because its requires to interpret or make sense
of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif,
perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu:
sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam
bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif
memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988:
273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas
menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam
St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y.
Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu
kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.
2.5.2 Tujuan Menulis
Mengetahui tujuan menulis sangat penting, sebelum mulai
menulis harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Bila banyak telah
disadari tujuan baru dapat mulai menulis. Hal ini penting karena menulis itu
merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu
permainan atau suatu rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan harus dilakukan dengan
dorongan yang kuat. Dorongan ini muncul karena adanya tujuan yang jelas.
Disamping itu, kesempatan untuk sukses dalam menulis akan terbuka lebih luas
bila penulis memahami tujuan menulis dan selalu memegang teguh tujuan itu
selama menulis. Pada prinsipnya tujuan utama dan tulisan adalah sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung. Menuruyt HG. Tarigan (22.23) menulis
secara umum tujuan menulis adalah sebagai berikut :
- Memberikan
arahan, yakni memberikan uraian atau penjelasan tetang sesuatu hal yang
harus diketahi oleh orang lain
- Menjelaskan
sesuatu, yakni membenkan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang
harus diketahui oleh orang lain.
- Menceritakan
kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang berlangsung di
suatu tempat pada suatu waktu.
- Meringkas,
yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.
- Menyakinkan,
yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau
sependapat dengannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi
seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa
seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
3.2 Saran
Manusia
sebaiknya lebih memahami aspek-aspek dari Keterampilan Berbahasa tersebut, agar
memudahkan dalam memahami setiap keinginan manusia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
(REFERENSI)
(REFERENSI)
Sumber dari buku bacaan :
·
Tarigan; HenryGuntur 2008: Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sumber dari Internet :
v http://ikha-giska.blogspot.co.id/2013/01/makalah-keterampilan-dalam-berbahasa.html. Di Akses pada 11 Oktober 2016
v
http://rafitaranimarenti.blogspot.co.id/2012/01/makalah-keterampilan-berbahasa.html. Di Akses pada 11 Oktober 2016
By : life style