Archive for 2016
Makalah KETERAMPILAN BERBAHASA
0
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWt
yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keterampilan Berbahas untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Sri Rezeky Maulina Azmi M.Pd,M.Kom selaku Dosen Pengampu .
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keterampilan Berbahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Keterampilan Berbahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kisaran, Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya. Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi mengenai Keterampilan Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya. Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya. Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi mengenai Keterampilan Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan menurut para Ahli?
2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan berbicara?
3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan membaca?
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan membaca?
Adapun rumusan masalah yang akan penulis paparkan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa dan menurut para Ahli?
2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan berbicara?
3. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak dan membaca?
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan membaca?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti ataupun mengetahui keterampilan berbahasa yang baik dan benar yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti ataupun mengetahui keterampilan berbahasa yang baik dan benar yang meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan..
Ada empat aspek dalam Keterampilan berbahasa tersebut, yaitu :
a. Keterampilan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi/tulisan. Proses demikian disebut proses encoding. Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut disampaikan kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan..
Ada empat aspek dalam Keterampilan berbahasa tersebut, yaitu :
a. Keterampilan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
2.2 Keterampilan Menyimak
2.2.1 Pengertian Menyimak Menurut Para Ahli
Hakikat dari menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Pengertian Menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti: Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang– lambang lisan.Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994 : 28). Sedangkan Tarigan (1994 :28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.2.2 Pengertian menyimak menurut Akhadiah
(dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak.
2.2.1 Pengertian Menyimak Menurut Para Ahli
Hakikat dari menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Pengertian Menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh, seperti: Anderson (dalam Tarigan 1994 : 28) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang– lambang lisan.Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994 : 28). Sedangkan Tarigan (1994 :28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.2.2 Pengertian menyimak menurut Akhadiah
(dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Keterampilan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang–lambang lisan yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespons yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak.
2.2.3 Tujuan Menyimak
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut.
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut.
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain)
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
2.3. Keterampilan Berbicara
2.3.1 Pengertian Berbicara
2.3.1 Pengertian Berbicara
Berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan manusia dalam kegiatan
berbahasa setelah aktivitas menyimak. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya
itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara
dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan
kosa kata bahasa yang bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan
masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa
lawan bicara (Nurgiyantoro, 1995:274).
Berbicara
pada hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi secara lisan antara pembicara
dan lawan bicara. Menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot
dan jaringan tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide
yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol social.
Dengan demikian, berbicara itu lebih
daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pihak lain, diperlukan adanya beberapa hal atau unsur.
2.3.2 Beberapa unsur dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi tersebut adalah:
Jadi, berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pihak lain, diperlukan adanya beberapa hal atau unsur.
2.3.2 Beberapa unsur dalam proses berbicara atau proses berkomunikasi tersebut adalah:
- Pembicara
- Lawan bicara (penyimak)
- Lambang (bahasa lisan)
- Pesan, maksud, gagasan, atau ide
Menurut
Tarigan (1990), tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia juga harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia juga harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perseorangan. Pada dasarnya, berbicara itu
memiliki tiga maksud utama, yaitu:
- Memberitahukan, melaporkan (to inform)
- Menjamu, menghibur (to intertain)
- Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
2.3.3 Rambu-rambu dalam Berbicara
Suksesnya sebuah pembicaraan sangat
tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu, dituntut beberapa persyaratan
kepada seorang pembicara dan pendengar. Menurut Arsjad (1991) hal-hal yang
harus diperhatikan oleh seorang pembicara adalah:
1.
Menguasai masalah yang dibicarakan.
Penguasaan
masalah ini akan menumbuhkan keyakinan pada diri pembicara, sehingga akan
tumbuh keberanian. Keberanian ini merupakan salah satu modal pokok bagi
pembicara.
2. Mulai
berbicara kalau situasi sudah mengizinkan.
Sebelum
mulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,
terutama pendengar. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian
pendengar. Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang
pembicara yang baik akan menginformasikan tujuan ia berbicara dan menjelaskan
pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar.
3. Berbicara
harus jelas dan tidak terlalu cepat.
Bunyi-bunyi
bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan
pilihan kata pun harus tepat.
4. Pandangan
mata dan gerak-gerik yang membantu.
Hendaknya terjadi kontak
batin antara pembicara dengan pendengar. Pendengar merasa diajak berbicara dan
diperhatikan. Pandangan mata dalam kasus seperti ini sangat
membantu. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa
persaudaraan. Siapapun pendengarnya dan bagaimana pun tingkat pendidikannya
pembicara harus menghargainya. Pembicara tidak boleh mudah terangsang emosinya
sehingga mudah terpancing amarahnya.
Dalam
komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan. Seandainya
kita ingin mengemukakan tanggapan, berbicaralah kalau sudah diberi kesempatan.
Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan berebut berbicara.
5. Kenyaringan
suara.
Suara
hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar dalam ruangan itu. Volume suara
jangn terlalu lemah dan jangan terlalu tinggi, apalagi berteriak.
Pendengar akan lebih terkesan kalau
ia dapat menyaksikan pembicara sepenuhnya. Usahakanlah berdiri atau duduk pada
posisi yang dapat dilihat oleh seluruh pendengar.
2.3.5 Fungsi Berbicara
Dalam
kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan salah satu kebutuhan mutlak manusia
untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik. Sebagian besar kehidupan kita
setiap harinya banyak didominasi oleh kegiatan berbicara.
Menurut
Haryadi (1994) ada beberapa fungsi berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat
berfungsi sebagai:
pemenuhan hajat hidup manusia
sebagai makhluk sosial,
- Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau
keperluan,
- Ekspresi sikap dan nilai demokrasi,
- Alat pengembangan dan penyebarluasan
ide/pengetahuan,
- Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan.
2.4 Keterampilan Membaca
2.4.1 Pengertian
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
2.4.1 Pengertian
Membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
Menurut para ahli membaca mempunyai
banyak arti, diantaranya adalah :
·
Memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
·
Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7).
·
Membaca
merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan
pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
·
Hal
tersebut berarti bahwa membaca memberikan respon terhadap segala ungkapan
penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain
juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan
kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir
Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
·
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting
meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G.
Tarigan, 1986:8).
·
Kegiatan
membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang
diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari
aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal,
alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka
nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan.
Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola
kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan
yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan
bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat
maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk
yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat
membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet,
2008:68
·
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7).
·
Membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2).
·
Membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika
seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi
2007:4).
·
Senada
dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa ‘membaca’ adalah
suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik
menjadi membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8).
Dalam kajian membaca dikenal banyak
jenis membaca. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara si pembaca pada
waktu membaca, membaca dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca
bersuara atau membaca nyaring.. Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang
dibaca, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif.
2.4.2 Golongan Dalam Membaca
Dilihat dari tujuan kedalamannya
atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca literer, membaca
kritis, dan membaca kreatif.
A. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati.
Kesulitan membaca nyaring juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-pt ot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-guru yang professional.
B. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati.
Kesulitan membaca nyaring juga dapat dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan). Membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-pt ot. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh dibawa asuhan guru-guru yang professional.
B. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya.
C. Membaca Intensif
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
D. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis..
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
D. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir kritis..
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
2.5 Keterampilan Menulis
2.5.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
2.5.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil
yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan
secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya
mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang
dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai
suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet
(2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Menurut Gebhardt dan Dawn
Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most important things you do in
college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di
sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam
kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Pengertian menulis diungkapkan
juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce
or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha
untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Menurut Eric Gould, Robert
DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan writing is a creative act,
the act of writing is creative because its requires to interpret or make sense
of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif,
perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu:
sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam
bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif
memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988:
273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas
menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam
St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y.
Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu
kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.
2.5.2 Tujuan Menulis
Mengetahui tujuan menulis sangat penting, sebelum mulai
menulis harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Bila banyak telah
disadari tujuan baru dapat mulai menulis. Hal ini penting karena menulis itu
merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu
permainan atau suatu rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan harus dilakukan dengan
dorongan yang kuat. Dorongan ini muncul karena adanya tujuan yang jelas.
Disamping itu, kesempatan untuk sukses dalam menulis akan terbuka lebih luas
bila penulis memahami tujuan menulis dan selalu memegang teguh tujuan itu
selama menulis. Pada prinsipnya tujuan utama dan tulisan adalah sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung. Menuruyt HG. Tarigan (22.23) menulis
secara umum tujuan menulis adalah sebagai berikut :
- Memberikan
arahan, yakni memberikan uraian atau penjelasan tetang sesuatu hal yang
harus diketahi oleh orang lain
- Menjelaskan
sesuatu, yakni membenkan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang
harus diketahui oleh orang lain.
- Menceritakan
kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang berlangsung di
suatu tempat pada suatu waktu.
- Meringkas,
yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.
- Menyakinkan,
yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau
sependapat dengannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi
seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa
seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
5. Keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis
3.2 Saran
Manusia
sebaiknya lebih memahami aspek-aspek dari Keterampilan Berbahasa tersebut, agar
memudahkan dalam memahami setiap keinginan manusia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
(REFERENSI)
(REFERENSI)
Sumber dari buku bacaan :
·
Tarigan; HenryGuntur 2008: Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sumber dari Internet :
v http://ikha-giska.blogspot.co.id/2013/01/makalah-keterampilan-dalam-berbahasa.html. Di Akses pada 11 Oktober 2016
v
http://rafitaranimarenti.blogspot.co.id/2012/01/makalah-keterampilan-berbahasa.html. Di Akses pada 11 Oktober 2016
By : life style
Puisi "Menunggu Yang Pasti" karya Ucy Ramadhani
8
Saat semua terlukis jelas dihadapanku. .
Menunggu Yang Pasti
Ada sesuatu yang terasa hampa. .
saat langit langit semakin menua. .
ada sesuatu yang terasa berbeda. ,.
saat hujan hujan tertahan diantara mega. .
Sendiri dan sepi, aku ingin berlari. .menelusuri mimpi yang tak kunjung menepi. .
mengeja bait pelangi yang hampir mati. .
Saat semua terlukis jelas dihadapanku. .
kau tebarkan beribu kata kata indah. .
untuk dia..dia..dan mereka..
Sulit ku mengartikan rasa ini..
Padahal terlihat jelas dimata. .
Cinta...
Ku tak tahu arti sebenarnya..
Terkadang membuatku gila..
Terkadang membuatku dilema. .
Sulit untuk menerka-nerka..
Sulit pula untuk membaca . .
Namun sangat mudah untuk merasa..
Yah, begitulah cinta. .
Tanpa cinta . . .
bagai bunga tanpa sinar mentari. .
bagai syair lagu tanpa irama. .
bagai handphone tanpa Charger. . :)
bagai pena tanpa tinta. .
Ungkapan-ungkapan yang ku mengerti..
Namun,
Ku tak pernah merasakan cinta yang sebenar-benarnya. .
Ku ingin nyata dengan sejuta dongengku. .
ku ingin dongengku bisa ku pegang . .
seperti halnya pena yang terus menari saat hati sedang sedih. .
kapan waktu itu kan datang. .??
Ku tak tahu ...
Ku hanya yakin satu hal..
Semua akan indah pada waktu_Nya. .
hanya istiqomah dan terus mengikuti alur cerita dari sang Maha Cinta. .
Karya : Ucy Ramadhani
atau haruskah aku hanya berdiri disini. .
By : life style
Puisi "Mengenang Kembali" karya Uci Ramadhani
1
Mengenang Kembali
Ketika sayap terluka dan hampir patah..
Kau kembali datang untuk menyembuhkan luka itu..
Manakala ku ingin terbang, sayap yang hampir patah menghalangi caraku untuk pergi menjauh..
Namun ku berpikir sejenak ,
Ku masih memiliki kaki untuk melangkah ,
Bahkan berlari menjauh dan menjauh . .
Sayap yang kau buat terluka,
Mungkin takkan pernah kembali seperti sedia kala..
Luka yang kian dalam..
sakit yang kurasakan ..
Bukan permintaan ma'af yang ku inginkan ..
Namun sebuah penjelasan yang kuharapkan ..
Terkadang ku terdiam..
Terdiam dalam lelah ..
berlari tanpa henti , tak melihat orang-orang disekeliling yang mengerti..
Pikirku pun terus seperti itu..
Namun kutersadar,
masih banyak orang-orang yang Mengerti dan sayang..
Meskipun bukan kamu..
Biarlah kamu menjadi masalaluku..
Masalaluku yangmanis, Pikirku pun begitu..
Biarlah kamu menjadi cinta pertamaku ..
Dan mungkin memang seperti itu..
Ku harap, bukan kamu yang menjadi cinta terakhirku..
Mungkin kejam..
Bahkan sangat kejam
Dengan apa yang kamu lakukan..
Yah, ini lah aku dengan berjuta kekuranganku.. :)
By: Uci Ramadhani
By : life style
PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN DIKALANGAN MASYARAKAT
0
Untuk mengetahui dampak positif dan
negatif terhadap rokok dan mengetahui seluk- beluknya
4.HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Angket
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan membagikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel x dan y, kuesioner yang telah diberikan kepada responden selanjutnya ditanggapi dengan memberikan tanda cheklist (√) guna memperoleh data untuk kemudian dikelola oleh kami selaku peneliti.
Angketberisi masing-masing 10 pertanyaan dengan 4 jenis pilihan tanggapan yang masing-masing memiliki point berikut pilihan tanggapan :
Sangat Setuju (SS) : 4 poin
Setuju (S) :3poin
Tidak Setuju (TS) : 2 poin
Sangat Tidak setuju (STS) : 1 poin
4.2 Hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap narasumber dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mengkonsumsi rokok.Kebanyakan dari mereka sulit untuk berhenti merokok karena mereka telah mengalami ketergantungan terhadap rokok.Mereka tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh rokok sangat besar.Salah satu latar belakang mereka menggunakan rokok adalah untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas, dan lain-lain.Adapun kerugian yang mereka alami yaitu kerugian dibidang materi dan kesehatan.Sebagian dari mereka ingin berhenti merokok dan upaya-upaya yang mereka lakukan untuk berhenti merokok adalah tidak bergaul dengan orang-orang yang merokok, berniat dan bertekad untuk berhenti merokok.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan jawaban-jawaban para responden baik yang tertuang di dalam angket maupun wawancara, maka terjawablah permasalahan pada bab sebelumnya.Masyarakat menggunakan rokok untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas dan lain-lain.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok dikalangan masyarakat adalah masalah kesehatan dan keuangan. Masalah kesehatan tersebut yaitu, kanker, serangan jantung, hipertensi, gangguan kehamilan dan janin. Upaya-upaya untuk menanggulangi agar masyarakat tidak merokok lagi yaitu, mengajarkan kepada masyarakat cara hidup sehat, mengadakan penyuluhan tentang bahaya rokok, dan sebagainya.
PENGARUH
ROKOK TERHADAP KESEHATAN DIKALANGAN MASYARAKAT
KARYA
ILMIAH
Ditulis
untuk Memenuhi Pemberkasan dalam Mawapres
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : UCI RAMADHANI
NIM : 15220216
KELAS
: SI-2H
S T
M I K
ROYAL
KISARAN
2016
DAFTAR
ISI
Kata
Pegantar
.........................................................................................................................i
Daftar
Isi
...............................................................................................................................ii
Bab
I Pendahuluan
................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ..............................................................................................1
1.3
Tujuan Penelitian ...............................................................................................1
1.4
Manfaat Penelitian..............................................................................................1
1.5
Sistematika Penulisan ........................................................................................1
Bab II Pembahasan
(Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir) ................................................3
2. Tinjauan Pustaka
...................................................................................................3
2.1 Pengertian
Rokok/Tembakau ..................................................................3
2.2 Rokok Berdasarkan
bahan Pembungkus .................................................4
2.3 Rokok Berdasarkan bahan Baku
atau Isi ................................................4
2.4 Sigarek Kretek Mesin
sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian.....5
2.5 Sigaret berdasarkan
penggunaan filter ....................................................5
2.6 Hidup Bebas tanpa
Rokok ......................................................................5
2.7 Kesehatan
................................................................................................6
2.8 Zat Kimia
.................................................................................................6
2.9 Nikotin .....................................................................................................7
2.10 TIMAH HITAM (Pb)
............................................................................7
2.11GAS KARBONMONOKSIDA (CO)
....................................................7
2.12 TAR
.......................................................................................................7
2.13 Dampak bagi
Organ Tubuh
...................................................................8
2.13.1 Paru-Paru
................................................................................8
2.13.2
Jantung
....................................................................................8
3. Kerangka Pikir
.....................................................................................................10
3.1 Kerangka Pikir Penulis
..........................................................................10
BAB III Metodologi Penelitian
...........................................................................................11
3.1 Lokasi Penelitian
...............................................................................................11
3.2 Populasi dan Sampel
.........................................................................................11
3.3 Jenis dan Sumber Data.......................................................................................11
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................................11
3.5 Variabel Penelitian.............................................................................................12
3.6 Instrumen Penelitian
..........................................................................................12
3.7 Metode Analisis
.................................................................................................13
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
.........................................................................14
4.
Hasil Penelitian
....................................................................................................14
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................14
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................14
4.2 Hail
Wawancara.....................................................................................14
4.3 Pembahasan
...........................................................................................14
BAB V Kesimpulan dan Saran
............................................................................................16
5. 1 Kesimpulan
......................................................................................................16
5. 2 Saran
.................................................................................................................16
Daftar
Pustaka......................................................................................................................17
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , kami ucapkan puji
syukur atas kehadirat Allah SWt yang
telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN DIKALANGAN MASYARAKAT
Karya ilmiah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya ilmiah
ini, untuk itu saya menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah saya ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga karya ilmiah PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN DIKALANGAN MASYARAKAT dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah saya ini masih ada kekurangan baik dari susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga karya ilmiah PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN DIKALANGAN MASYARAKAT dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kisaran,Mei 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti
kita ketahui rorkok tidak asing lagi kita dengar dan kita lihat, kini setiap
toko atau warung sudah memperjual belikan rokok, hal ini sangat berpengaruh
terhadap kesehatan masyarakat karena rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, hipertensi,
gangguan kehamilan, dan janin.
Selain itu, hal ini juga dapat merusak kadar–kadar jati diri bangsa. Sekarang banyak siswa yang mengkonsumsi rokok. Ini semua membuktikan bahwa rokok sudah merajalela dikalangan masyarakat. Mengkonsusi rokok juga dapat mengakibatkan rusaknya mental masyarakat.
Selain itu, hal ini juga dapat merusak kadar–kadar jati diri bangsa. Sekarang banyak siswa yang mengkonsumsi rokok. Ini semua membuktikan bahwa rokok sudah merajalela dikalangan masyarakat. Mengkonsusi rokok juga dapat mengakibatkan rusaknya mental masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang melatarbelakangi masyarakat mengkonsumsi rokok.?
2. Bagaimana
pengaruh rokok dikalangan masyarakat.?
3. Bagaimana
upaya penanggulangan pengguna rokok dikalangan masyarakat.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui latar belakang
masyarakat mengguakan rokok
2.
Untuk mengetahui pengaruh rokok
dikalangan masyarakat.
3.
Untuk mengetahui upaya penanggulangan
rokok dikalangan masyarakat.
1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis
ini adalah sebagai berikut :
Bab I merupakan Bab Pendahuluan
yang mengungkapkan latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat penelitian
dan Sistematika Penulisan.
Bab II merupakan Bab Tinjauan
Pustaka dan Kerangka Pikiran yang menguraikan tentang tinjauan pustaka dan
Kerangka Pikir.
Bab III merupakan Bab Metologi penulisan
yang menjelaskan sumber data, metode pengumpulan data.
Bab IV merupakan Bab Pembahasan
yang berisi tentang narkotika dikalangan remaja .
Bab V merupakan Bab Penutup yang
berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
(TINJAUAN
PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR)
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian
Rokok/Tembakau
Menurut Drs. Yayasan Suherian di buku
sosiologinya (69) mengatakan bahwa “tembakau mengandung racun nikotin
keras, nikotin tersebut dapat hilang
pada saat tembakau terbakar akan tetapi, selama nikotin itu berubah
menjadi asap yang ketika dihirup mengakibatkan urat saraf menimbulkan efek
ketagian, hal ini yang menyebabkan pengguna merasa kecanduan”. TIR merupakan
zat yang terkandung dalam tembakau yang dapat menimbulkan penyakit kanker pada
paru-paru, mengapa para remaja harus diselamatkan dari bahaya Narkotika.!
Orang tua tidak selamanya kuat dan
hidup. Orang tua bila sudah menginjak usia 55 tahun keatas, tenaganya mulai
berkurang untuk bekerja. Usia 55 tahun untuk pegawai negeri sudah diharuskan
untuk pensiun dan harus digantikan dengan angkatan muda. Peran remaja disini
haruslah mempersiapkan diri menjadi orang besar yang berjiwa besar dan tangguh
menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasinya.
Rokok adalah silinder dari kertas
berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervasiasi tergantung negara) dengan
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah halus dan di
keringkan. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yag dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walau pada enyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti pemujaan roh atau dewa. Pada abad ke 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba dalam mengkonsumsi atau menghisap rokok tersebut dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orng merokok hanya untuk kesenangan semata. Pada Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan berbudaya merokok mulai masuk ke negara-negara Islam. Telah banayk riset yang membuktikan bahwa rokok sangatt menyebabkan ketergantungan, disamping menyebabkan ketergantungan dapat juga menyebabkan gangguan seperti tipe-tipe penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efeck buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yag dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walau pada enyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti pemujaan roh atau dewa. Pada abad ke 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba dalam mengkonsumsi atau menghisap rokok tersebut dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orng merokok hanya untuk kesenangan semata. Pada Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan berbudaya merokok mulai masuk ke negara-negara Islam. Telah banayk riset yang membuktikan bahwa rokok sangatt menyebabkan ketergantungan, disamping menyebabkan ketergantungan dapat juga menyebabkan gangguan seperti tipe-tipe penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efeck buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
2.2 Rokok Berdasarkan
bahan Pembungkus
v Klobot
: roko yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
v Kawung
: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
v Cerutu
: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
2.3 Rokok Berdasarkan
bahan Baku atau Isi
v Rokok
putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya berupa daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
v Rokok
Kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
v Rokok
Klembek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,
dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
v Sigaret
Kretek Mesin (SKM) yaitu rokok yang prosoe pembuatannya menggunakan mesin.
Sederhananya, material rokok dimasukkan kedalam mesin pembuat rokok. Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuatan rokok tersebut berupa batangan rokok. Saat ini
mesin pembuatan rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu
sampai delapan ribu batang rokok permenit. Mein pembuatan rokok, biasanya
dihubugkan dengan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan
bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pack. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan
keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pack. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu mengasilkan SKT
karena terdapat perbedaan diameter pangkal diameter ujung SKT. Pada SKM, lngkar
pangkal rokok dalam lingkar ujung rokok sama besar.
2.4 Sigarek Kretek Mesin sendiri dapat
dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret
Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF)
yaitu rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khsa .
Contoh : Gudang Garam Filter Internasional, Djarum Super,dll.
2. Sigaret
Kretek Mesin Light Mild (SKM LM)
yaitu rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok
jenis ini jarang mengguanakan aroma yang khas. Contohnya: A Mild, Clas Mild, U
Mild, LA Light, Surya Slim, dll.
2.5 Sigaret berdasarkan
penggunaan filter
1. Rokok
Filter (RF) yaitu rokok yag pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok
Non Filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
2.6 Hidup Bebas tanpa
Rokok
Kebanyakan
perokok yang jarang merokok ataupun yang bisa menghabiskan 2 pack rokok setiap hari, ingin berhenti
merokok. Kita tahu bahwa disamping rasa rokok yang enak , energi yang timbul
setelah merokok, dan perasaan nyaman setelah menghirup udara, ada keinginan
untuk berhenti kerena takut akan bahaya merokok atau hal lian. Takut terkena
kanker di kemudian hari, kolesterol meningkat, detak jantung tidak beraturan,
penyakit maag, hingga masalah penampilan seperti gigi kuning dan nafas berbau
tembakau serta baju bau asab rokok.
Alasan orang merokok sangat
bermacam-macam. Ada yang merokok karena ingin mendapat efek segar, atau karena
tubuh meminta dosis nikotin yang minimal sama dengan hari sebelumnya. Kalau
ditanya, hampir semua perokok ingin. Tetapi ini bukan perkara gampang. Pemicu
keinginan merokok bisa bermacam-macam, dan tiba-tiba datangnya. Pada saat itu ,
orang yang sudah berhenti merokok selama 3 bulan sekalipun bisa kembali
merokok.
2.7 Kesehatan
Menurut
Drs. Bambang Marhijanto mengatakan “Kesehatan merupakan kata yang artinya
keadaan badan yang tak terasa apapun”. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat , yang
menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat , salah satuaspeknya
adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok. Sedangkan “PHBS” harus menjadi
kebutuhan saya dan para kader kesehatan untuk mensosialisasikannya. Jika setiap
kali menghirup asap rokok, baik sebagai perokok pasif ataupun perokok aktif,
berarti juga menghisap lebih dari 4.000 macam racun Karena
itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut
dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat
kita mungkiri.Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan
si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Saat
ini jumlah perokok, terutama perokok remaja terus bertambah, khususnya di
negara-negara berkembang.Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan sedunia
(WHO) telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan
membunuh 10 juta orang per tahun, 70% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan
tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak
orang.Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan
jelas.Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko
timbulnya berbagai penyakit.Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh
darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus,
bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat
pada janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari
secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok
karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.
2.8 ZAT KIMIA
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol.Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol.Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
2.9 NIKOTIN
Zat yang paling sering dibicarakan
dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan
ketergantungan pada pemakainya.Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang
dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat,
rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang,
sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
2.10 TIMAH HITAM (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akanmenghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akanmenghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
2.11 GAS KARBONMONOKSIDA (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
2.12 TAR
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
2.13 DAMPAK BAGI ORGAN
TUBUH
2.13.1 PARU-PARU
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru.Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia).Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini.Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru.Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru.Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia).Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini.Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru.Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
2.13.2 JANTUNG
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama). Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut.Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama). Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut.Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
3. Kerangka Pikir
3.1 Kerangka Pikir Penulis
Rokok adalah tembakau mengandung racun nikotin keras, untungnya nikotin hanya lenyap pada tembakau terbakar urap saraf dapat menimbulkan ketagihan. TIR merupakan zat yang mengandung dalam tembakau yang dapat menimbulkan penyakit kanker paru – paru.
Kesehatan dalam keadaan badan segar tak terasa apapun. Oleh sebab itu di duga ada pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap tingkat kesehatan siswa. Kesehatan merupakan faktor utama penunjang kebugaran tubuh seorang namun karena adanya rokok mengakibatkan kondisi tubuh melemah.
3.1 Kerangka Pikir Penulis
Rokok adalah tembakau mengandung racun nikotin keras, untungnya nikotin hanya lenyap pada tembakau terbakar urap saraf dapat menimbulkan ketagihan. TIR merupakan zat yang mengandung dalam tembakau yang dapat menimbulkan penyakit kanker paru – paru.
Kesehatan dalam keadaan badan segar tak terasa apapun. Oleh sebab itu di duga ada pengaruh yang ditimbulkan rokok terhadap tingkat kesehatan siswa. Kesehatan merupakan faktor utama penunjang kebugaran tubuh seorang namun karena adanya rokok mengakibatkan kondisi tubuh melemah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada masyarakat pengguna rokok yang ada di Pulo Bandring. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2016.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada masyarakat pengguna rokok yang ada di Pulo Bandring. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2016.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap.Populasi dalam penelitian ini adalah remaja. Sedangkan sampel yaitu himpunan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian.Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat yang ada di PuloBandring .Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Sistematis dimana pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap.Populasi dalam penelitian ini adalah remaja. Sedangkan sampel yaitu himpunan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian.Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat yang ada di PuloBandring .Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Sistematis dimana pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
3.3 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data kuantatif yaitu data yang berbentuk pengolahan angka atau bilangan atau data numerik untuk dapat menghasilkan penafsiran yangkokoh.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan pertimbangan dalam memperoleh suatu kesimpulan untuk memperjelas pemecahan masalah berupa tanggapan responden.
2. Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara, observasi, dan hasil angket dari responden. Jawaban responden kemudian diberi skor dan ditabulasikan.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian) dan dari informasi pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.
1. Jenis Data
a. Data kuantatif yaitu data yang berbentuk pengolahan angka atau bilangan atau data numerik untuk dapat menghasilkan penafsiran yangkokoh.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan pertimbangan dalam memperoleh suatu kesimpulan untuk memperjelas pemecahan masalah berupa tanggapan responden.
2. Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara, observasi, dan hasil angket dari responden. Jawaban responden kemudian diberi skor dan ditabulasikan.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian) dan dari informasi pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1. Riset kepustakaan, adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.
2.Riset lapangan, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan di lokasi (objek penelitian) secara langsung yang terdiri dari :
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada masyarakat, khususnya remaja pengguna rokok.
b. Angket, untuk mengetahui lebih jelas pemahaman masyarakat terhadap penggunaan rokok.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1. Riset kepustakaan, adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur karya ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.
2.Riset lapangan, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan di lokasi (objek penelitian) secara langsung yang terdiri dari :
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada masyarakat, khususnya remaja pengguna rokok.
b. Angket, untuk mengetahui lebih jelas pemahaman masyarakat terhadap penggunaan rokok.
3.5 Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independen (variabel bebas) yang dilambangkan dengan (x) adalah faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam hal ini adalah rokok.
b. Variabel dependen (variabel terikat) yang dilambangkan dengan (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam hal ini variabel dependen adalah masyarakat.
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independen (variabel bebas) yang dilambangkan dengan (x) adalah faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam hal ini adalah rokok.
b. Variabel dependen (variabel terikat) yang dilambangkan dengan (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam hal ini variabel dependen adalah masyarakat.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument penelitian yang telah dikembangkan oleh Dessy Sutianto (2007) yang terdiri dari 10 pertanyaan angket sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan.Angket untuk disebarkan kepada responden yang merupakan bagian dari anggota organisasi.Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan judul karya tulis penulis.Alat ukur yang digunakan untuk angket ini adalah metode skala likert.Metode ini merupakan metode penskalaan, pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya.Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini responden diminta untuk menyatakan kesesuaian atau tidak kesesuaian terhadap isi pertanyaan dalam 4 kategori jawaban yakni dengan skala sebagai berikut.
a. Skala 1 = sangat rendah
b. Skala 2 = rendah
c. Skala 3 = baik
d. Skala 4 = sangat baik
Untuk mengantisipasi agar jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya pasti atau bukan ragu-ragu, maka penulis meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu (Undecided).Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi Sutrisno dalam Sutianto (2007). Alas an untuk meniadakan jawaban ragu-ragu adalah: 1) Kategori Undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum bias member jawaban, netral atau ragu-ragu.Kategori yang memiliki arti ganda (multi intertable) ini diharapkan dalam instrument. 2) Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (centraltendesi effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. 3) Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya info yang sepatutnya dapat diperoleh dari responden.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument penelitian yang telah dikembangkan oleh Dessy Sutianto (2007) yang terdiri dari 10 pertanyaan angket sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan.Angket untuk disebarkan kepada responden yang merupakan bagian dari anggota organisasi.Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan judul karya tulis penulis.Alat ukur yang digunakan untuk angket ini adalah metode skala likert.Metode ini merupakan metode penskalaan, pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya.Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini responden diminta untuk menyatakan kesesuaian atau tidak kesesuaian terhadap isi pertanyaan dalam 4 kategori jawaban yakni dengan skala sebagai berikut.
a. Skala 1 = sangat rendah
b. Skala 2 = rendah
c. Skala 3 = baik
d. Skala 4 = sangat baik
Untuk mengantisipasi agar jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya pasti atau bukan ragu-ragu, maka penulis meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu (Undecided).Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi Sutrisno dalam Sutianto (2007). Alas an untuk meniadakan jawaban ragu-ragu adalah: 1) Kategori Undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum bias member jawaban, netral atau ragu-ragu.Kategori yang memiliki arti ganda (multi intertable) ini diharapkan dalam instrument. 2) Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (centraltendesi effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. 3) Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya info yang sepatutnya dapat diperoleh dari responden.
3.7 Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan cara menganalisa jawaban-jawaban yang telah diberikan responden yang tercantum pada angket.
Analisis data dilakukan dengan cara menganalisa jawaban-jawaban yang telah diberikan responden yang tercantum pada angket.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Angket
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan membagikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai variabel x dan y, kuesioner yang telah diberikan kepada responden selanjutnya ditanggapi dengan memberikan tanda cheklist (√) guna memperoleh data untuk kemudian dikelola oleh kami selaku peneliti.
Angketberisi masing-masing 10 pertanyaan dengan 4 jenis pilihan tanggapan yang masing-masing memiliki point berikut pilihan tanggapan :
Sangat Setuju (SS) : 4 poin
Setuju (S) :3poin
Tidak Setuju (TS) : 2 poin
Sangat Tidak setuju (STS) : 1 poin
4.2 Hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap narasumber dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mengkonsumsi rokok.Kebanyakan dari mereka sulit untuk berhenti merokok karena mereka telah mengalami ketergantungan terhadap rokok.Mereka tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh rokok sangat besar.Salah satu latar belakang mereka menggunakan rokok adalah untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas, dan lain-lain.Adapun kerugian yang mereka alami yaitu kerugian dibidang materi dan kesehatan.Sebagian dari mereka ingin berhenti merokok dan upaya-upaya yang mereka lakukan untuk berhenti merokok adalah tidak bergaul dengan orang-orang yang merokok, berniat dan bertekad untuk berhenti merokok.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan jawaban-jawaban para responden baik yang tertuang di dalam angket maupun wawancara, maka terjawablah permasalahan pada bab sebelumnya.Masyarakat menggunakan rokok untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas dan lain-lain.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok dikalangan masyarakat adalah masalah kesehatan dan keuangan. Masalah kesehatan tersebut yaitu, kanker, serangan jantung, hipertensi, gangguan kehamilan dan janin. Upaya-upaya untuk menanggulangi agar masyarakat tidak merokok lagi yaitu, mengajarkan kepada masyarakat cara hidup sehat, mengadakan penyuluhan tentang bahaya rokok, dan sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Masyarakat menggunakan rokok untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas dan lain-lain.
2. pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok dikalangan masyarakat adalah masalah kesehatan dan keuangan. Masalah kesehatan tersebut yaitu, kanker, serangan jantung, hipertensi, gangguan kehamilan dan janin.
3. Upaya-upaya untuk menanggulangi agar masyarakat tidak merokok lagi yaitu, mengajarkan kepada masyarakat cara hidup sehat, mengadakan penyuluhan tentang bahaya rokok, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Masyarakat menggunakan rokok untuk menghilangkan stress, atas dasar solidaritas dan lain-lain.
2. pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok dikalangan masyarakat adalah masalah kesehatan dan keuangan. Masalah kesehatan tersebut yaitu, kanker, serangan jantung, hipertensi, gangguan kehamilan dan janin.
3. Upaya-upaya untuk menanggulangi agar masyarakat tidak merokok lagi yaitu, mengajarkan kepada masyarakat cara hidup sehat, mengadakan penyuluhan tentang bahaya rokok, dan sebagainya.
5.2 Saran
1. Sebaiknya prilaku mengkonsumsi rokok dihindari
2. Jangan membawa pemantik atau korek, hal ini dapat mengurangi penggunaan rokok di tempat umum.
3. Harga rokok sebaiknya dinaikkan, agar para perokok berpikir panjang untuk membeli rokok yang sangat mahal.
4. Diutamakan bergaul dengan orang-orang yang tidak merokok.
5. Jika sudah terlanjur menjadi perokok, berusahalah untuk berhenti secara perlahan
1. Sebaiknya prilaku mengkonsumsi rokok dihindari
2. Jangan membawa pemantik atau korek, hal ini dapat mengurangi penggunaan rokok di tempat umum.
3. Harga rokok sebaiknya dinaikkan, agar para perokok berpikir panjang untuk membeli rokok yang sangat mahal.
4. Diutamakan bergaul dengan orang-orang yang tidak merokok.
5. Jika sudah terlanjur menjadi perokok, berusahalah untuk berhenti secara perlahan
DAFTAR
PUSTAKA
By : life style